REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum diabetes tipe 2 terjadi, seseorang biasanya akan mengalami kondisi yang dikenal sebagai pradiabetes. Pradiabetes ternyata bisa dipicu oleh beberapa kebiasaan dan kondisi yang umum ditemukan dalam keseharian.
Pradiabetes merupakan kondisi di mana kadar gula darah meningkat di atas normal, namun belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes tipe 2. Prevalensi prediabetes di dunia dilaporkan sebesar 7,5 persen pada 2019, dan diestimasikan akan meningkat menjadi 8,6 persen pada 2045, menurut studi dalam jurnal Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy.
Menurut beberapa ahli, ada lima kebiasaan dan kondisi yang bisa meningkatkan risiko pradiabetes. Berikut ini adala kelima kebiasaan dan kondisi tersebut, seperti dilansir Eat This Not That:
1. Tidur yang buruk
Kurang tidur berkaitan erat dengan diabetes dan pradiabetes. Hal ini terjadi karena kurang tidur bisa meningkatkan hormon stres kortisol dan juga meningkatkan produksi glukosa.
"Yang meningkatkan kadar gula Anda," kata Tony Hampton.
Menurut beberapa studi, penanda peningkatan resistensi insulin juga terlihat setelah seseorang kekurangan tidur hanya satu malam. Kurang tidur yang berlangsung selama lima hari sudah bisa memunculkan gejala pradiabetes.
"Tekanan darah juga meningkat karena kurang tidur," kata Hampton.
2. Lemak perut
Kondisi kegemukan diketahui dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Mengacu pada studi, lemak perut yang menumpuk ternyata juga dapat meningkatkan risiko pradiabetes.
"Tak semua lemak setara. Di area tubuh mana lemak tersebut menumpuk memiliki dampak yang besar terhadap risiko penyakit," kata Profesor Mark McCarthy dari University of Oxford.
3. Obesitas
Kegemukan dan obesitas diketahui dapat meningkatkan risiko diabetes dan pradiabetes. Pada orang obesitas yang belum terkena pradiabetes, penurunan berat badan meski hanya sedikit bisa menurunkan risiko pradiabetes.
Bila sudah terkena pradiabetes, penurunan berat badan juga dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 pada orang obesitas. Selain penurunan berat badan, olahraga secara teratur juga membantu menurunkan risiko tersebut.
"Penurunan berat badan yang sedikit berarti sekitar 5-7 persen dari berat badan Anda, atau hanya 4,5-6,3 kg untuk pemilik berat badan 90,7 kg (200 pon)," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS).
4. Jarang olahraga
Rutin berolahraga memainkan peran penting dalam menurunkan risiko prediabetes. Meski tak menurunkan berat badan, rutin berolahraga tetap bisa membuat tubuh lebih kuat dan sehat. Menurut direktur medis dari pusat diabetes di John Muir Health, Douglas Zlock MD, kebiasan yang sehat bisa menunda kemunculan diabetes.
5. Stres
Banyak orang mengetahui bahwa risiko prediabetes dan diabetes berkaitan dengan gaya hidup yang kurang baik, seperti jarang berolahraga hingga makan berlebih. Faktor risiko yang mungkin jarang disadari adalah stres. Padahal, stres yang tak dikelola bisa memberikan dampak negatif terhadap kontrol gula darah dan meningkatkan risiko prediabetes.
"Meredakan stres merupakan komponen penting dan sering terlupakan dalam manajemen diabetes," kata ahli endokrinologi dari The Ohio State Wexner Medical Center, dr Joshua J Joseph.
Ada beragam cara yang bisa dilakukan untuk mengelola stres. Sebagian di antaranya adalah berpartisipasi dalam kelas yoga, membaca buku, atau berjalan kaki.