REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Gaza mencoba kembali bangkit dan memulihkan luka-lukanya beberapa jam setelah gencatan senjata dicapai antara Israel dan Jihad Islam Palestina (PIJ). Konflik selama tiga hari itu menewaskan sedikitnya 44 warga Palestina dan lebih dari seratus orang terluka, sebagian besar merupakan warga sipil.
Penduduk daerah kantong pantai yang terkepung menekankan perlunya melanjutkan tugas membangun kembali kehidupan mereka setelah pemboman membabi buta oleh tentara Israel.
"Tidak mudah bagi kami untuk kembali ke kehidupan kami dengan cepat, dengan puluhan korban di Gaza, tetapi ini adalah hidup dan tidak akan berhenti," kata Omar al-Ghifary (35 tahun), dilansir dari Al Araby, Selasa (9/8/2022).
Ayah dua anak ini merupakan pekerja supermarket di Gaza. Ia mulai menerima pelanggan pertamanya sejak tiga hari penutupan tokonya di tengah serangan Israel di jalur tersebut.
“Kami semua (warga Gaza) berduka atas korban dan keluarga mereka yang menjadi sasaran pembantaian Israel. Tetapi kita harus terus membuktikan kepada pendudukan Israel bahwa kita mencintai kehidupan dan kita akan membangun kembali hidup kita, tidak hanya bangunan tetapi juga kesehatan mental,” ujar Ghifary.
Sejak dini hari, semua lembaga pemerintah dan swasta di seluruh Gaza membuka pintu mereka untuk umum. Supermarket, toko, dan jaringan transportasi juga telah memulihkan operasi di daerah tersebut.
Pada Jumat, Israel melancarkan serangan militer terhadap PIJ dan membunuh komandannya Tayseer al-Jaabari dan tiga asistennya, beberapa hari setelah menahan seorang pemimpin PIJ di Tepi Barat, secara sepihak meningkatkan ketegangan tanpa pembenaran.