REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Park Jin dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi pada Selasa (9/8/2022) dalam kunjungannya ke Beijing. Park mengatakan, salah satu agenda utama kunjungannya adalah meningkatkan pertukaran budaya dan memperkenalkan kembali K-pop yang sempat dilarang di China.
China melarang masuknya industri K-pop karena ketegangan atas sistem pertahanan rudal THAAD buatan Amerika Serikat (AS) yang ditempatkan di Korea Selatan. Oleh karena itu, Park ingin mendiskusikan bagaimana mempromosikan kembali K-pop di China.
"Saya ingin mendiskusikan cara untuk mempromosikan dan pertukaran antara generasi muda yang akan membawa masa depan kedua negara. Mempertimbangkan popularitas global dari Korean wave, saya akan membahas cara untuk memperkenalkan K-pop dan konten budaya secara luas termasuk film, drama, dan game ke China," ujar Park.
Selain mengangkat masalah pertukaran budaya, Park dan Wang akan mencari cara untuk membuka kembali negosiasi denuklirisasi dengan Korea Utara. Park juga akan mengusulkan rencana aksi bersama untuk memperkuat 30 tahun hubungan kedua negara. Termasuk memperkuat komunikasi strategis dan menstabilkan rantai pasokan global.
Park akan meyakinkan Beijing tentang penguatan hubungan bilateral dengan Korea Selatan. Sebelum terbang ke China, Park mengatakan, Korea Selatan tetap menghormati kebijakan "satu China". Park menambahkan, menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sangat penting untuk keamanan dan kemakmuran regional.
Kunjungan Park ke China menjadi taruhan tinggi untuk Korea Selatan yang memiliki kedekatan hubungan dengan Amerika Serikat (AS). Namun di sisi lain, Korea Selatan juga mempunyai kedekatan hubungan dengan China sebagai mitra dagang utama. Diketahui, hubungan AS dan China telah tegang dalam beberapa tahun terakhir. Park mengatakan perjalanannya ke Beijing menjadi kesempatan untuk mengurangi kesalahpahaman dan meningkatkan kerja sama di berbagai bidang termasuk perdagangan, kesehatan, dan lingkungan.
"Dengan secara aktif mempromosikan komunikasi strategis tingkat tinggi, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih baik satu sama lain, mengurangi kesalahpahaman yang tidak perlu dan memperluas kepentingan bersama," kata Park dalam konferensi pers.
Park sebelumny telah bertemu Wang dalam pertemuan para menteri luar negeri G20 bulan lalu di Thailand. Dalam pertemuan itu, Park menyoroti penguatan aliansi AS dan partisipasi Korea Selatan dalam forum ekonomi yang didukung AS untuk Asia.
China dan Korea Selatan juga menghadapi potensi gejolak atas sistem pertahanan rudal THAAD buatan AS yang ditempatkan di Korea Selatan. Termasuk kemungkinan partisipasi Seoul dalam aliansi chip yang dipimpin AS serta melibatkan Taiwan dan Jepang. Aliansi ini mendapatkan pertentangan dari China.
Presiden Yoon Suk-yeon berjanji untuk membeli dan menggunakan baterai THAAD. Dia mengabaikan kesepakatan yang dibuat oleh pemerintah sebelumnya dengan Cina pada 2017. Kesepakatan itu disebut "Three Nos". Isi kesepakatan tersebut yaitu tidak ada penyebaran THAAD tambahan, tidak ada partisipasi dalam perisai rudal global yang dipimpin AS, dan tidak ada pembuatan aliansi militer trilateral yang melibatkan Jepang.
Kementerian Luar Negeri Beijing telah meminta Seoul untuk menepati janji itu. Tetapi belum lama ini di hadapan parlemen, Park mengatakan, "Three Nos" bukan janji atau kesepakatan resmi.