REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Antara
Kota Seoul, Korea Selatan (Korsel), dilanda banjir besar akibat curah hujan tertinggi dalam 80 tahun terakhir. Selain faktor hujan muncul dugaan Korea Utara (Korut) telah melepaskan air dari sebuah bendungan di dekat perbatasan antara dua Korea tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada Korsel. Seperti Korsel, Korut juga dilanda hujan lebat sejak Senin (8/8/2022).
"Saat hujan turun dengan deras di Korea Utara, Korea Utara berulang kali membuka dan menutup pintu air Bendungan Hwanggang," kata pejabat kementerian unifikasi seperti dilansir laman Yonhap, Selasa (9/8/2022). "Sepertinya (Utara) sedang menyesuaikan ketinggian air Bendungan Hwanggang berdasarkan situasi curah hujan," ujarnya menambahkan, dilansir dari AP.
Pejabat itu mengatakan tidak ada pemberitahuan sebelumnya dari Korut tentang perpindahan tersebut. Di bawah perjanjian antar-Korea yang ditandatangani pada Oktober 2009, Korut seharusnya memberi tahu Seoul sebelumnya tentang rencananya untuk melepaskan air bendungan.
Pada 28 Juni, kementerian unifikasi membuat permintaan publik ke Korut untuk menginformasikan ke Korsel terlebih dahulu jika mengeluarkan air bendungan. Alasannya untuk menghitung kemungkinan kerusakan yang dapat ditimbulkannya di Korsel.
Namun permintaan itu tidak digubris Korut dan tampaknya melepaskan air dari Bendungan Hwanggang pada akhir Juni di tengah hujan lebat pada saat itu. Pejabat itu mengatakan sampai sekarang, kemungkinan pelepasan air yang menyebabkan kerusakan di Korsel memang masih rendah, meski situasinya dipantau secara ketat karena hujan lebat diperkirakan akan terjadi pada Senin dan Selasa di Korut.
Biasanya diperlukan waktu empat hingga lima jam untuk air yang dilepaskan dari bendungan yang terletak di bagian atas Sungai Imjin untuk mencapai Bendungan Gunnam di kota perbatasan Yeoncheon di selatan, 62 kilometer di utara Seoul. Langkah-langkah juga sedang disusun bekerja sama dengan kementerian lingkungan, pemerintah daerah dan militer.
Banjir di Seoul menyebabkan delapan orang meninggal. Hujan lebat dalam delapan dekade mengubah jalanan Seoul menjadi sungai yang berimbas pada stasiun kereta bawah tanah.
Mobil dan bus berserakan di jalan-jalan ketika air berangsur surut pada Selasa. Tim penyelamat mulai membersihkan pohon tumbang, lumpur hingga puing-puing benda bekas terendam banjir. Sebagian besar layanan kereta bawah tanah Seoul kembali beroperasi normal pada Selasa (9/8/2022). Namun puluhan jalan raya masih ditutup karena masalah keamanan. Peringatan tanah longsor masih berlaku di hampir 50 wilayah besar dan kecil di Seoul, sementara 160 jalur pendakian di Seoul dan provinsi pegunungan Gangwon ditutup.
"Hujan deras diperkirakan akan berlanjut selama berhari-hari, kita perlu menjaga kewaspadaan dan merespons dengan upaya habis-habisan," kata Presiden Korsel Yoon Suk-yeol di markas darurat pemerintah pada Selasa. Dia mengarahkan untuk lebih memperhatikan ke daerah yang rentan terhadap tanah longsor dan banjir.
Yoon juga berupaya untuk mengurangi bahaya di jalan raya dan fasilitas publik yang sudah rusak. Ia juga menginstruksikan pihak-pihak balada bantuan bencana untuk mencegah lebih banyak kematian. Juru bicara Kementerian Pertahanan Moon Hong-sik mengatakan, militer siap mengerahkan pasukan untuk membantu upaya pemulihan jika diminta oleh pemerintah kota atau daerah.
Gangnam, salah satu distrik bisnis dan rekreasi paling ramai di Seoul, menjadi salah satu area yang terdampak berat. Di sana, mobil dan bus terjebak di perairan berwarna cokelat lumpur. Banjir setinggi paha orang dewasa.
Komuter juga dievakuasi saat air mengalir menuruni tangga stasiun kereta bawah tanah seperti air terjun. Di kota terdekat Seongnam, lereng bukit yang diguyur hujan mengguyur menjadi lapangan sepak bola universitas.
"Hampir 800 bangunan di Seoul dan kota-kota terdekat rusak sementara sedikitnya 790 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka," kata Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan.
Di bagian selatan Seoul, kota pelabuhan barat Incheon dan Provinsi Gyeonggi yang mengelilingi Seoul menerima hujan lebat lebih dari 100 milimeter per jam Senin (8/8/2022) malam. Sementara itu, curah hujan per jam di distrik Dongjak Seoul melebihi 141,5 mm pada satu titik, curah hujan tertinggi per jam sejak 1942, demikian menurut Badan Meteorologi Korea (KMA).
Badan Meteorologi Korea (KMA) memperkirakan curah hujan hingga 300 mm per jam akan turun di wilayah ibu kota hingga Kamis. Provinsi Gyeonggi diperkirakan akan mengalami hujan lebat lebih dari 350 mm per jam.