Selasa 09 Aug 2022 20:14 WIB

Kemenkes Bagi Kasus Cacar Monyet dalam Lima Kelompok

Cacar monyet seperti penyakit lain yang bisa sembuh sendiri.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Penyakit cacar monyet atau monkeypox dinilai dapat menyebabkan komplikasi penyakit, seperti radang paru, hingga penyakit radang otak.
Foto: CDC via AP
Penyakit cacar monyet atau monkeypox dinilai dapat menyebabkan komplikasi penyakit, seperti radang paru, hingga penyakit radang otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Ni Luh Putu Pitawati, mengungkap Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah membagi lima kelompok dalam kasus cacar monyet. Salah satunya suspek yang mengalami ruam kulit, demam, dan pembesaran kelenjar getah bening.

"Kemenkes menyampaikan telah membagi lima kelompok (dalam kasus cacar monyet). Yaitu suspek bila pasien mengalami ruam kulit yang tidak bisa dijelaskan," ujarnya, Selasa (9/8/2022).

Baca Juga

Dia menambahkan, kelompok suspek juga mengalami demam di atas 38 derajat Celcius. Selain itu disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening yang bisa ditemukan di lipat belakang kepala atau ketiak. Pasien juga disertai gejala nyeri kepala kemudian pegal di seluruh tubuh serta pelemahan tubuh.

Kemudian, kelompok kedua adalah probable jika seseorang sudah memenuhi kriteria suspek dan disertai penambahan kriteria kontak langsung dengan pasien yang terkonfirmasi cacar monyet. Contohnya pelaku perjalanan ke negara endemis cacar monyet dan memang dirawat karena infeksi cacar monyet.

Kemudian, ia menyebutkan kelompok ketiga adalah pasien yang terkonfirmasi yang memenuhi kriteria suspek atau probable dan dikuatkan dengan hasil pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) dari lesi dan nasofaring kemudian hasilnya positif. Kemudian, kelompok keempat adalah discarded yaitu pasien yang suspek dan setelah dilakukan pemeriksaan PCR ternyata hasilnya negatif.

"Terakhir atau kelima adalah kelompok kontak erat yang memang terkonfirmasi, ada kontak erat dengan pasien positif cacar monyet, baik kontak kulit, kontak tatap muka tanpa (menggunakan) alat pelindung diri (APD)," katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya cacar monyet seperti penyakit lain yang bisa sembuh sendiri. Jadi, orang-orang yang kondisi tubuhnya fit akan terjadi proses penyembuhan infeksi yang bisa sembuh sendiri. Namun, pada kelompok tertentu yang terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh, baik karena infeksi atau karena terapi.

"Kemudian pada ibu hamil dan anak-anak atau lanjut usia (lansia) yang termasuk kelompok mengalami penurunan kekebalan menjadi perlu dipantau bila terinfeksi cacar monyet," ujarnya.

Ia menambahkan, cacar monyet menjadi darurat kesehatan global sejak Mei 2022 karena banyak kasus cacar monyet di Inggris dan Amerika Serikat. Tercatat per Juli 2022 ada 88 negara yang melaporkan kasus cacar monyet di negaranya. Artinya, negara yang melaporkan cacar monyet bertambah sejak Juli 2022.

"Sehingga, itu yang melandasi organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) yang melihat cacar monyet perlu diwaspadai dan perlu untuk mendapatkan penanganan agar tidak terjadi penularan lebih lanjut," katanya.

Baca juga : Profesor Asal Inggris Prediksi Kasus Kematian Akibat Cacar Monyet Bakal Meningkat

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement