REPUBLIKA.CO.ID,LOMBOK TIMUR -- Tiga orang pemuda di Desa Sapit Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi pengerak ekonomi di desanya. Ketiga pemuda tersebut menggeluti bidang usaha masing-masing.
Ketiga pemuda tersebut yakni, Agus Fatra Wijaya (26 tahun), Muh Zuhri (25), dan Agustin Haryadi (26). Tiga sekawan ini kembali ke desa sekitar 3 tahun setelah menempuh pendidikan S1. Mereka memang berniat untuk membangun usaha dengan mengembangkan potensi yang ada di desanya.
"Kami sudah merancangnya dari sejak duduk di bangku kuliah," kata Agus Fatra Wijaya, salah satu peserta Pelatihan Digital Marketing dan Desain Kemasan bagi UMKM yang digelar Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Program Studi Kajian Wilayah Amerika (KWA) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) di Desa Sapit Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (8/8/2022).
Agus, Zuhri, dan Agustin melihat potensi usaha di desanya sesuai dengan jurusan perkuliahan yang mereka ambil. Agus lulusan Fakultas S1 Pertanian Universitas Mataram, menggeluti usaha kopi sejak tahun 2017 dan mulai budidaya tahun 2019. Kini, ia sukses menjadi Duta kopi Indonesia asal NTB.
Hingga saat ini, alumni Sarjana Pertanian Universitas Mataram ini terus bergerak pada sektor pertanian, yang merupakan bidang pendidikan yang diambilnya. Ia mencoba fokus pada pengolahan kopi, mulai dari pembibitan, jual bibit, jual biji, budidaya hingga menjual yang bubuknya. Agus membentuk Kelompok Tani Kopi Milenial di Sapit untuk mengembangkan sektor pertanian yang cukup potensial ini. Usahanya untuk mengajak para pemuda milenial terbilang berhasil.
Sedangkan, Muh Zuhri, lulusan S1 Fakultas Peternakan Universitas Mataram menggeluti budidaya kambing. Zuhri merintis usaha tersebut dari mulai menanam rumput di lahan kosong untuk pakan kambing sejak di bangku kuliah semester 6. Setelah lulus kuliah, tanpa terasa, Zuhri sudah menanam rumput seluas setengah hektar. "Baru kemudian mulai membeli kambing sepasang," kenang Zuhri.
Zuhri semula memiliki kambing sebanyak 2 ekor dan sekarang ada sekitar 70 ekor. Zuhri memasarkannya melalui sosial media, seperti Facebook dan Instagram. Berkat ilmu yang dia peroleh dari bangku kuliah Zuhri sukses menjadi pelopor peternak kambing di desanya. Sebelumnya banyak warga desa yang coba beternak kambing namun tidak berhasil karena Desa Sapit berada di daerah dingin pada ketinggian 400-600 MDPL. "Warga setempat pernah mencoba beternak kambing namun banyak yang mati karena kedinginan," ujar Zuhri.
Kendala tersebut, tidak menyurutkan niat dan tekat Zuhri. Dia membangun kandang dengan sistem panggung agar kambing tidak terlalu kedingian di tanah dan tidak mudah terserang penyakit.
Sementara Agustin Haryadi, lulusan S1 Univesitas Mataram, menggeluti usaha pertanian herbal. Bahkan, Agustin telah memiliki prodak herbal sendiri yakni, Serba Jahe. Agustin melihat peluang untuk membuat produk olahan jahe karena Desa Sapit termasuk penghasil jahe namun terkendala dalam hal mengolah dan memasarkannya. "Sebelumnya warga menjual jahe mentah saja," kata Agustin.
Agar meningkatkan nilai ekonomis jahe tersebut, Agustin lalu membuatnya menjadi produk herbal. Pandemi Covid-19, justru membuat produk Agustin laku keras. "Karena jahe dianggap dapat meningkatkan imun tubuh untuk mencegah Covid-19," katanya.
Tiga sekawan ini sempat dipandang sebelah mata ketika merintis usaha. Tetapi dengan ikhiar dan ketekunan akhirnya kerja kerus tersebut membuahkan hasil. Harapannya bisa mengajak anak-anak muda untuk mengelola potensi desanya agar tidak pergi menjadi pekerja migran di luar negeri.
Ketiganya hadir saat Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Program Studi Kajian Wilayah Amerika (KWA) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) menggelar Pelatihan Digital Marketing dan Desain Kemasan UMKM di Desa Sapit Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Melalui Pelatihan Digital Marketing bagi UMKM Kopi ini diharapkan dapat menembus pasar global dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Sapit.
Pada pelatihan tersebut, peserta yang didominasi anak muda mendapatkan penjelasan dari narasumber tentang pentingnya digital marketing dan bagaimana membuat kemasan prodak yang menarik. "Dengan tujuan supaya mereka mampu meningkatkan kemampuan memasarkan produk berupa kopi serta mampu menggunakan teknologi yang ramah lingkungan untuk keperluan pemasaran produk," kata Ketua Program Studi Kajian Wilayah Amerika SKSG Universitas Indonesia Bayu Kristianto, PhD.
Bayu berharap melalui pengmas ini, usaha-usaha yang sedang diupayakan oleh para petani dan penggiat UMKM di desa ini dapat semakin maju dan berkembang dengan adanya pelatihan mengenai teknik-teknik pemasaran secara digital. Serta dengan penggunaan alat teknologi terkini dalam proses pemasaran yang turut juga berkontribusi dalam pelestarian lingkungan.
"Kita ingin melibatkan angota masyarakat di desa ini, yang terutama berkecimpung dalam usaha penanaman kopi, dalam kegiatan ini sehingga manfaat dari kegiatan ini bisa dirasakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan," ujar Bayu.