Selasa 09 Aug 2022 21:13 WIB

Hati-Hati, Anak Bisa Stunting Akibat Pola Asuh yang Salah

Polah asuh yang diterapkan orang tua dapat memengaruhi pertumbuhan anak.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Reiny Dwinanda
Mengasuh bayi (ilustrasi). Ketika orang tua salah menerapkan pengasuhan, bukan tidak mungkin tumbuh kembang anak menjadi terganggu dan bahkan mengakibatkan stunting.
Foto: www.freepik.com
Mengasuh bayi (ilustrasi). Ketika orang tua salah menerapkan pengasuhan, bukan tidak mungkin tumbuh kembang anak menjadi terganggu dan bahkan mengakibatkan stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pola asuh menjadi modal penting bagi tumbuh kembang seorang anak. Ketika orang tua salah menerapkan pengasuhan, bukan tidak mungkin tumbuh kembang anak menjadi terganggu dan bahkan mengakibatkan stunting.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, yang harus pertama kali diperhatikan orang tua adalah terkait pemenuhan gizi seimbang pada anak. Anak membutuhkan nutrisi yang terdapat dalam makanan dan minuman yang sehat untuk pertumbuhan.

Baca Juga

"Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama dalam dua tahun pertama anak," kata Hasto, Selasa (9/8/2022).

Jika pola makan tidak sehat terjadi pada anak akibat salah pola asuh, menurut Hasto, maka dampak yang ditimbulkan adalah gangguan atau penyakit. Anak bisa mengalami obesitas, penyakit jantung, kerusakan gigi, penyakit hati, dan lain sebagainya.

"Lebih mudah dan murah untuk mencegah penyakit dengan memberikan gizi yang sehat. Mari kita mulai memberikan gizi seimbang ketika anak-anak masih kecil," ujar Hasto.

Hasto pun memberikan pemahaman terkait pola asuh yang baik dan benar pada anak, yakni dengan kasih sayang, menyediakan lingkungan yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi tumbuh kembang anak. Ia menyerukan melakukan pengasuhan tanpa kekerasan dan berkelanjutan serta memberikan teladan yang baik.

"Otoritatif, namun demokratis sehingga terjalin komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Lalu permisif, berperan sebagai teman daripada orang tua," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement