Tanam Jahe Merah, Petani Boyolali Hemat Setengah Biaya Operasional

Red: Fernan Rahadi

Eko Susilo, seorang petani jahe merah di Boyolali.
Eko Susilo, seorang petani jahe merah di Boyolali. | Foto: Republika/Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Berawal dari coba-coba, Eko Susilo (32) tahun justru kini kian mantap berprofesi sebagai petani di kampung halamannya di Boyolali, Jawa Tengah. Hal itu dikarenakan kesuksesannya menanam jahe merah di sepetak lahan peninggalan orang tuanya.

"Selama dua tahun ini terbukti menjadi petani (jahe merah) ternyata menghasilkan. Saya telah mendapatkan untung kira-kira sebesar 60 persen dari modal saya," tutur Eko saat ditemui di sela-sela acara Roadshow Negeri Jahe Merah di Boyolali, Selasa (9/8/2022).

Usahanya menjadi petani sebenarnya telah dimulai pada tahun 2014. Saat itu, ia iseng-iseng menanam cabai, kencur, dan sejumlah tanaman bahan pokok di lahan peninggalan orang tuanya tersebut. Akan tetapi saat itu ia merasa gagal karena harga jual hasil panennya di pasar lebih rendah dari biaya operasional yang dikeluarkannya.

"Saat panen susah jualnya. Memang laku (di pasar) tetapi tidak untung," ujar pria asal Dusun Sendang, Desa Urutsewu, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali tersebut.

Setelah sempat alih profesi selama beberapa tahun, ia tak kapok untuk mencoba peruntungannya lagi. Tahun 2019, Eko mencoba menanam jahe, mulai dari jahe emprit, jahe gajah, dan jahe merah. Namun dari ketiganya, pilihan akhirnya ia jatuhkan pada jahe merah.

Pilihan itu tak terlepas dari adanya program Negeri Jahe Merah dari PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) yang dijalankan oleh Business Unit Bintang Toedjoe Inovasi Natural (BINA). BINA adalah divisi B2B dari Bintang Toedjoe yang fokus pada bahan baku natural untuk mendukung keberlangsungan dan ketersediaan jahe merah terbaik.

Padahal, diakui Eko, pada kemitraan tahun pertama dengan BINA tahun 2020 tersebut harga bibit jahe merah sedang tinggi-tingginya. "Alhamdulillah pada 2021 itu saya bisa panen 22 ton jahe merah. Kemitraan ini memang memungkinkan saya bisa menjual semua hasil panen. Pembayarannya juga jelas," kata Eko.

Selain bisa menjual semua hasil panen dan sistem pembayaran yang jelas, kemitraan tersebut juga bisa membuatnya mengirit 50 persen biaya operasional. "Kalau menggarap lahan 3.000 meter sebelumnya saya lakukan manual bisa habis dua minggu. Dengan kemitraan ini, karena dibantu alat, maka garapan lahan dua hari bisa selesai," tutur Eko.

Eko mengilustrasikan, sebelum kemitraan dengan Bintang Toedjoe, dari 1 kilogram benih yang ditanamnya hanya menghasilkan 3 kilogram jahe merah saat panen. Namun setelah kemitraan tersebut, dari 1 kilogram benih tersebut bisa memperoleh 5-8 kilogram jahe merah sewaktu panen.

Head of Business Unit Bintang Toedjoe Inovasi Natural (BU BINA), Sari Pramadiyanti, mengatakan komunitas petani jahe merah di Boyolali  memang merupakan salah satu kelompok yang diajak kerja sama oleh BINA untuk proses penanaman jahe merah. BINA melakukan pendataan, edukasi, monitoring dan melakukan kontrol usia panen untuk mendapatkan rimpang jahe merah yang sesuai standar dan terdata (traceable dan recorded).

"Ekosistem jahe merah ini memiliki tujuh pilar proses, yakni pembibitan jahe merah, penanaman jahe merah, pasca panen, ekstraksi atau distilasi, farmakologi, komersialisasi, dan pemberdayaan masyarakat," kata Sari.

Sari menjelaskan, dalam proses pembibitan jahe merah, BINA bekerja sama dengan Badan Riset Inovasi Nasional, PT Inagro, dan Universitas Surabaya untuk menghasilkan benih jahe merah yang terstandarisasi. BINA terus mengembangan penelitian kultur jaringan jahe merah untuk menghasilkan benih yang konsisten secara genetis

Jahe merah yang siap dipanen, kata dia, akan dikirimkan ke sentra panen termasuk bekerja sama dengan pemerintah daerah. Jahe merah ini kemudian disortir, dicuci, dipotong, dikeringkan dan dikemas sehingga siap untuk dikonsumsi atau diolah lebih lanjut.

Proses ektraksi jahe merah bekerja sama dengan mitra ekstraktor atau destilator yang berpengalaman dan terkualifikasi untuk menghasilkan ekstrak dan essential oil jahe merah yang terstandar. 

"Ekstrak atau essential oil jahe merah yang dihasilkan harus dikontrol sehingga menghasilkan zat aktif gingerol dan zingiberene sesuai spesifikasi, yang nantinya akan diolah oleh perusahaan menjadi produk Redgine," katanya.

Sementara itu, Kepala Komunikasi Eksternal PT Kalbe Farma Tbk, Hari Nugroho, mengungkapkan Kalbe selalu mempertimbangkan keberlanjutan dalam menjalankan operasional perusahaan, terutama dampak positif terhadap lingkungan, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan yang terkait. "Hal ini demi mencapai tujuan inisiatif keberlanjutan Kalbe, yaitu Bersama Sehatkan Bangsa," kata Hari.

Hari mengatakan ekosistem jahe merah yang dibangun oleh anak usaha Bintang Toedjoe merupakan salah satu upaya perusahaan mendukung kemandirian bahan baku obat di Indonesia, khususnya yang berbasis herbal.  

Program ini didukung oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Surakarta. "Kami dari BPSB mendukung kelompok tani yang ingin mengembangkan jahe merah. Dari BPSB ikut mendampingi, dari proses penanaman, hingga jadi benihnya. Jangan sampai nanti benih yang dihasilkan kelompok tani itu tidak sesuai yang diharapkan petani lainnya," tutur Pengawas Benih Tanaman (PBT) BPSB Surakarta, Mardi Satata.

Terkait


Produksi Minuman Olahan Jahe di Bandung Masih Belum Pulih

Kemenkop Gandeng PT Bintang Toedjoe Perkuat Rantai Pasok Komoditas Pertanian

Dispertan Boyolali Dorong Petani Tingkatkan Mutu Hasil Panen Wortel

Matcha dan Jahe Merah, Superfood yang Bantu Jaga Imun Tubuh

BRIN Uji Klinis Suplemen Herbal untuk Pasien Covid-19

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark