REPUBLIKA.CO.ID, PORT MORESBY - James Marape resmi dilantik sebagai perdana menteri Papua Nugini (PNG) dalam masa jabatan dua periodenya, Selasa (9/8/2022). Ia berhasil memenangkan 36 kursi di parlemen untuk memenuhi syarat sebagai perdana menteri.
Ia memimpin Partai Pangu dan berjanji untuk mereformasi proses pemilihan. Dalam pidato di parlemen ia juga berjanji mendapatkan lebih banyak dari sumber daya tanpa menakut-nakuti investor.
Pada Selasa, batas waktu parlemen untuk duduk, 105 dari 118 kursi telah diumumkan. Dua wanita termasuk di antara mereka yang terpilih.
Marape, pemimpin Partai Pangu yang meraih 36 kursi terpilih tanpa lawan di parlemen untuk menjadi perdana menteri. Ia nantinya akan membentuk pemerintahan koalisi dengan belasan partai kecil dan independen.
Marape mengatakan koalisi memiliki mandat kolektif dan menyerukan bangsa untuk bersatu. Dalam pidatonya di parlemen, Marape mengatakan pemerintahnya akan memperbarui daftar pemilih dan mungkin memperkenalkan pemungutan suara elektronik untuk memperkuat proses demokrasi dan memastikan satu warga mendapat satu suara.
Dia juga bakal membuat langkah untuk mengembalikan pendapatan yang lebih besar dari sektor pertambangan dan sumber daya ke perekonomian. "Kami pergi ke pemilihan untuk berjuang untuk mendapatkan lebih banyak dari sumber daya alam kami," katanya.
"Generasi saya, tipe orang saya berasal dari tempat-tempat di mana sumber daya berlimpah namun pembangunan hampir nihil," imbuhnya menunjuk pada pendidikan dan kesempatan kerja yang langka.
PNG memiliki minyak, gas, emas, ikan, dan kayu. Marepe ingin perusahaan dan pemegang lisensi bekerja dengan "rezim baru" miliknya.
"Margin keuntungan Anda akan dipertahankan tetapi Papua Nugini juga harus mendapatkan sedikit lebih banyak," katanya dalam komentar yang ditujukan kepada perusahaan sumber daya. Dia juga menandai lebih banyak pengolahan ikan, kayu, emas dan logam lokal untuk mendukung perekonomian.
Pemungutan suara dalam pemilihan umum PNG diadakan setiap lima tahun dan berlangsung selama tiga pekan pada Juli. Namun penghitungan kali ini diperpanjang hingga Senin (8/8/2022) karena keadaan khusus termasuk masalah keamanan, serangan terhadap kotak suara dan tantangan logistik
Pemilihan di negara Pasifik adalah salah satu yang paling menantang di dunia karena sebagian medan yang sulit, cuaca ekstrem, infrastruktur transportasi yang buruk, dan keragaman bahasa dan budaya. Pengamat internasional menilai pemungutan suara itu terganggu oleh kekerasan, penundaan, tuduhan penipuan dan sejumlah besar pemilih yang hilang dari daftar pemilih.