Rabu 10 Aug 2022 12:25 WIB

China dan Australia Belum Siap Atasi Sengketa Dagang

Hubungan diplomatik Australia dan China sedang berada di titik terendah

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Profesor James Laurenceson, kiri, direktur Institut Hubungan China Australia mengajukan pertanyaan kepada Duta Besar China untuk Australia, Xiao Qian setelah pidatonya tentang keadaan hubungan antara Australia dan China di University of Technology di Sydney, Australia, Jumat, 24 Juni, 2022.
Foto: AP Photo/Mark Baker
Profesor James Laurenceson, kiri, direktur Institut Hubungan China Australia mengajukan pertanyaan kepada Duta Besar China untuk Australia, Xiao Qian setelah pidatonya tentang keadaan hubungan antara Australia dan China di University of Technology di Sydney, Australia, Jumat, 24 Juni, 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Duta Besar China untuk Australia Xiao Qian mengatakan Australia dan China belum mencapai titik untuk membicarakan bagaimana menyelesaikan sengketa perdagangan mereka. Qian mengatakan sudah ada pembicaraan tingkat tinggi.

"Saat ini, terdapat komunikasi tingkat tinggi, bahkan kontak tatap muka tapi kami belum mencapai tahap untuk mendiskusikan tentang bagaimana menyelesaikan isu-isu spesifik itu," kata Qian di Canberra, Rabu (10/8/2022).

Hubungan diplomatik Australia dan mitra dagang terbesarnya sedang berada di titik terendahnya. Kedua negara berselisih atas isu perdagangan, asal pandemi Covid-19 dan tuduhan China mengintervensi politik Australia.

Australia juga khawatir dengan pakta pertahanan China dan Kepulauan Solomon yang ditandatangani tahun ini. Pada bulan Maret lalu Menteri Pertahanan Australia  Peter Dutton mengatakan Canberra khawatir bila perjanjian itu mengarah dibangunnya pangkalan militer China di Pasifik.

Pada tahun 2019 lalu Kepulauan Solomon mengubah arah diplomasinya dengan mengakui Taiwan bagian dari China. Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat (AS) cemas dengan pakta kerjasama Kepulauan Solomon dan China.

Pasalnya rancangan perjanjian yang bocor mengungkapkan kemungkinan berlayarnya kapal Angkatan Laut China di negara Pasifik tersebut. Rancangan dokumen yang bocor mengungkapkan perjanjian keamanan dengan China mencakup polisi bersenjata dan militer melindungi proyek-proyek China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement