Rabu 10 Aug 2022 15:07 WIB

Korut Kirim Surat Solidaritas ke China Terkait Masalah Taiwan

Korut memandang lawatan Nancy Pelosi sebagai pelanggaran serius.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Ketua DPR AS Nancy Pelosi (kiri). Partai Buruh Korea Utara (Korut) telah mengirim surat resmi kepada Partai Komunis China (PKC) yang menyatakan bahwa mereka turut mengecam kunjungan Ketua House of Representatives Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan.
Foto: AP/VOA
Ketua DPR AS Nancy Pelosi (kiri). Partai Buruh Korea Utara (Korut) telah mengirim surat resmi kepada Partai Komunis China (PKC) yang menyatakan bahwa mereka turut mengecam kunjungan Ketua House of Representatives Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Partai Buruh Korea Utara (Korut) telah mengirim surat resmi kepada Partai Komunis China (PKC) yang menyatakan bahwa mereka turut mengecam kunjungan Ketua House of Representatives Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan. Korut memandang lawatan Pelosi sebagai pelanggaran serius dan provokasi memalukan.

Partai Buruh Korut menyebut surat yang dikirimnya ke Komite Pusat PKC pada Selasa (9/8/2022) lalu sebagai “surat solidaritas”. "Komite Pusat Partai Buruh Korut mengatakan dalam surat itu bahwa pesta makan malam ke Taiwan, yang dibuat pejabat tinggi AS yang sedang berkuasa meskipun ada protes keras dan peringatan serius dari China serta tentangan universal dari komunitas internasional, adalah pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas teritorial China, serta provokasi politik yang tidak dapat diampuni yang bertujuan untuk mencemarkan nama baik otoritas PKC dan mengganggu keberhasilan penyelenggaraan Kongres ke-20," kata kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA), dalam laporannya pada Rabu (10/8/2022).

Baca Juga

Partai Buruh Korut menilai, provokasi AS adalah tantangan besar bagi perjuangan sosialis China. Washington pun dianggap melakukan intervensi kurang ajar dalam urusan internal negara berdaulat. Korut menyatakan dukungan penuhnya pada Cina atas masalah Taiwan. Ia menegaskan menolak kesewenang-wenangan AS.

Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan pada 2-3 Juli lalu. Dia menjadi ketua House of Representatives AS pertama yang datang ke Taipei sejak 1997. Saat berada di sana, Pelosi melakukan beberapa pertemuan, termasuk dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Pada kesempatan itu, Pelosi menekankan bahwa AS tidak akan meninggalkan Taiwan.

China memprotes keras kunjungan Pelosi. Beijing diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Taipei menolak klaim tersebut. Sehari setelah Pelosi meninggalkan Taiwan, China menggelar latihan militer besar-besaran di sekitar Selat Taiwan. Latihan itu berlangsung empat hari berturut-turut, yakni dari 4 hingga 7 Juli.

Dalam latihan itu, China mengerahkan seluruh armada darat, laut, dan udara. Beijing bahkan meluncurkan rudal balistik. Terakhir kali China menembakkan rudal di sekitar Selat Taiwan terjadi pada 1996. Latihan militer oleh Negeri Tirai Bambu seketika memanaskan tensi di sekitar kawasan tersebut.

Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan, China telah secara brutal menggunakan tindakan militer untuk mengganggu perdamaian dan stabilitas regional. “Kami tidak akan pernah tunduk pada tekanan. Kami menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi, serta percaya bahwa warga Taiwan tidak menyetujui tindakan intimidasi China dengan kekerasan dan gemerincing pedang di depan pintu kami,” ucapnya kepada awak media pada 7 Juli lalu, dilaporkan Bloomberg.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement