REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan Washington "sangat khawatir" dengan laporan Rwanda memberi dukungan ke pemberontak M23 di negara tetangganya, Republik Demokratik Kongo. Hal ini ia sampaikan dalam kunjungannya di Kinshasa sebelum berangkat ke Rwanda.
Ia meminta semua pihak menahan diri dalam mendukung atau bekerja sama dengan M23 atau kelompok bersenjata nonnegara lainnya. Blinken mengatakan konflik di Kongo timur menjadi fokus pertemuannya dengan Presiden Kong Felix Tshisekedi, Selasa (9/8/2022).
Isu itu juga akan menjadi pokok pembahasan dalam pertemuannya dengan Presiden Rwanda Paul Kagame, Rabu (10/8/2022). Pemberontakan M23 bagian dampak genosida di Rwanda tahun 1994.
Kelompok yang dibentuk tahun 2012 lalu mengklaim membela masyarakat suku Tutsi di Kongo melawan milisi Hutu. Kagame bagian dari masyarakat Tutsi.
Sejak bulan Mei lalu M23 menggelar serangan terkeras mereka dalam beberapa tahun terakhir. Membunuh puluhan orang dan memaksa puluhan ribu lainnya mengungsi. Pada Juli lalu kelompok pakar PBB mengatakan wilayah M23 di Kongo tiga lipat lebih luas dari bulan Maret.
Rwanda membantah tuduhan pemerintah Kongo bahwa mereka mendukung M23 dan mengirim tentaranya. M23 juga membantah menerima dukungan dari Rwanda.
Dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Kongo Christophe Lutundula, Blinken mengatakan dalam kunjungannya ia juga membahas reformasi sektor pertambangan Kongo. AS prihatin dengan lelang blok minyak dan gas yang dekat dengan hutan hujan dan lahan basah yang sensitif.
Kongo sepakat untuk membentuk kelompok kerja dengan AS untuk membahas dampak lingkungan lelang tersebut.
Lutundula mengatakan mengenai blok minyak dan gas Kongo harus menemukan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan komitmen lindungi lingkungan. "Kami berdiri teguh dengan komitmen ini," katanya.