REPUBLIKA.CO.ID, OGAN KOMERING ULU -- 1st Sergeant Dan Alexander asal Kompi A, Batalion Infanteri 2-35 Amerika Serikat (AS) secara tidak sengaja melihat emblem 'Ranger' tersemat di bagian lengan seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Selama bertahun-tahun di AD AS (US Army), Alexander sudah pernah bertemu dengan para siswa lulusan pendidikan Ranger.
Tetapi, ia belum pernah sama sekali bertemu dengan siswa internasional di negara asal mereka. "Saya bertanya kepadanya ketika dia lewat," kata Alexander di sela latihan Super Garuda Airborne pada 3 Agustus 2022 di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatra Selatan, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Baca: Jenderal AS dan Australia Anggap Latihan Garuda Super Shield 2022 Sangat Penting
Dia pun senang ketika sapaannya direspon positif. "Matanya pun berbinar," ucap Alexander. Orang yang disapa itu ternyata adalah Mayor Arief Widyanto. Dia adalah salah satu dari segelintir prajurit TNI AD yang mendapat 'gelar' Ranger. Adapun Ranger School merupakan program terberat AD dan sekolah unggulan untuk taktik unit kecil dan kepemimpinan.
Program tersebut mencakup lebih dari 60 hari pelatihan berat di berbagai medan yang memakan waktu berjam-jam sepanjang hari. Siswa yang menyelesaikan program berhak mendapatkan emblem Ranger yang terdiri dari warna hitam dan emas, yang menandakan kecakapan taktis dan keterampilan kepemimpinan mereka.
"Saya berasal dari daerah yang kelembabannya cukup tinggi, sedangkan saya mengikuti program Ranger saat musim dingin, sehingga itu pengalaman yang cukup berat bagi saya," kata Arief.
Baca: Jenderal AS Tepis Super Garuda Shield 2022 Sebagai Respon Eskalasi di Laut China Selatan
"Sayangnya, saya 'didaur ulang' saat fase gunung," kata Arief merujuk kepada Mountain Phase of Ranger School. Fase itu mencakup instruksi tentang tugas-tugas prajurit selama pendakian gunung, pelatihan mobilitas, dan teknik untuk operasi patroli tempur berkelanjutan di daerah pegunungan.
Tak lama setelah mereka bertemu, kedua prajurit itu sama-sama terkejut ketika mereka menyadari bahwa Alexander adalah Instruktur Ranger Fase Gunung yang menilai Arief saat pendidikan Ranger. "Alexander memberikan persetujuan 'Go,'" kenang Arief sambil tersenyum. "Dia mengembalikan hidup saya karena dia mengizinkan saya untuk melanjutkan program."
Baca: Angkatan Udara AS dan TNI AU Latihan Cope West 22 di Lanud Abdulrachman Saleh
Arief lulus fase gunung setelah menerima 'Go' tersebut, hingga akhirnya mendapatkan emblem Ranger.. Arief terus menggunakan pelajaran yang didapatkan dari pelatihannya di Amerika Serikat untuk membantu rekan-rekan prajurit bawahannya. "Pelajaran terpenting yang dipelajari dari Ranger School adalah cara kerja kepemimpinan," kata Arief. "Pelajaran ini lah yang membawa kesuksesan bagi saya," ucapnya.
Arief telah memegang berbagai posisi dan peran kepemimpinan selama 17 tahun pengabdiannya di TNI. Prestasi terakhirnya adalah menyelesaikan Sekolah Staf dan Komando TNI AD. Pada Januari 2022 ia memegang tongkat komandan Batalion Infanteri Para Raider 501/Kostrad di Madiun, Jawa Timur.
"Saya rasa pertemuan ini memperlihatkan pentingnya hubungan antarindividu, dan kita tidak pernah tahu dampaknya bagi masa depan para individu tersebut," ujar Alexander. "Saat itu saya seorang Instruktur Ranger muda yang melatih dan mengevaluasi siswa, dan tanpa saya ketahui, ternyata kini salah satu dari mereka menjadi komandan batalion airborne di negara mitra AS di Pasifik," kata Alexander menambahkan,
Selama berada di Indonesia untuk Super Garuda Shield, Alexander dan prajuritnya di 2-35 IB bekerja sama secara erat dengan TNI. "Kami menghabiskan sebagian besar waktu untuk berdiskusi dan mendapatkan ilmu tentang cara bergerak dan bermanuver di lingkungan hutan," kata Alexander.