REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Rizaludin Kurniawan, mengatakan saat ini Baznas belum berencana mengirimkan bantuan jangka pendek kepada masyarakat di Palestina. Namun Baznas punya program jangka panjang dengan Palestina.
"Untuk bantuan jangka pendek terkait kejadian kemarin, kita belum ada pembahasan bentuk bantuannya. Baznas punya program jangka panjang dengan palestina yaitu pembangunan RS Indonesia Hebron dan Beasiswa mahasiswa Palestina," ucap Rizaludin.
Belum lama ini, Palestina kembali mendapatkan serangan udara dari Israel yang menewaskan warganya. Rizaludin mengatakan, bantuan yang akan disampaikan kepada Palestina yakni masih dalam bentuk jangka panjang.
Pada akhir tahun lalu Baznas, Lembaga amil zakat infak dan sedekah Muhammadiyah (Lazismu) bersama Quantum Akhyar Institute milik Ustaz Adi Hidayat (UAH) meluncurkan bantuan kepada pelajar Palestina untuk melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Adapun bantuan dari UAH telah disampaikan kepada Baznas sebesar Rp 6,3 miliar pada Juli 2021. Bantuan sebesar Rp 6,3 miliar akan diberikan 100 persen kepada Lazismu bagi pelajar Palestina di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Di samping itu, setidaknya 44 orang, termasuk 15 anak-anak di Gaza tewas dalam serangan udara Israel yang terjadi pada Jumat (5/8/2022) dan berlanjut hingga Ahad (7/8/2022). Ratusan orang terluka dan beberapa rumah hancur di Jalur Gaza akibat serangan Israel.
Kelompok Jihad Islam menembakkan lebih dari 1.000 roket ke Israel, sehingga membuat penduduk daerah selatan dan kota-kota besar termasuk Tel Aviv melarikan diri ke tempat penampungan.
Israel dan kelompok bersenjata Jihad Islam Palestina (PIJ) telah mengumumkan gencatan senjata, untuk mengakhiri serangan di Gaza yang berlangsung selama tiga hari mulai Jumat hingga Ahad. Gencatan senjata dimulai pada Ahad pukul 23.30 waktu setempat.
Sementara Gencatan senjata pada Ahad dimediasi oleh Mesir, dengan bantuan dari PBB dan Qatar. Sekretaris Jenderal Jihad Islam, Ziad al-Nakhala, mengatakan salah satu perjanjian kunci dalam gencatan senjata itu adalah Mesir memberikan jaminan akan membebaskan dua pemimpin Jihad Islam yang ditahan oleh Israel.