Rabu 10 Aug 2022 18:33 WIB

Harga Mi Instan Diproyeksi Naik 3 Kali Lipat, Bos Indofood: Berlebihan!

Harga Mi instan tidak hanya ditentukan oleh komponen yang berasal dari gandum

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Indomie goreng rasa orisinal dinobatkan menjadi mi goreng instan terenak versi New York Magazine. Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Fransiscus Welirang menanggapi kabar mengenai potensi kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat akibat lonjakan harga gandum. Fransiscus menilai proyeksi itu sangat berlebihan.
Foto: indomie.co.id
Indomie goreng rasa orisinal dinobatkan menjadi mi goreng instan terenak versi New York Magazine. Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Fransiscus Welirang menanggapi kabar mengenai potensi kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat akibat lonjakan harga gandum. Fransiscus menilai proyeksi itu sangat berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Fransiscus Welirang menanggapi kabar mengenai potensi kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat akibat lonjakan harga gandum. Fransiscus menilai proyeksi itu sangat berlebihan. 

"Saya rasa harga mi instan naik sampai tiga kali lipat itu berlebihan," kata Fransiscus kepada Republika, Rabu (10/8).

Menurut Fransiscus, harga mi instan tidak hanya ditentukan oleh komponen tepung terigu yang berasal dari gandum. Pasalnya, terdapat beberapa komponen lain yang juga mempengaruhi harga produk mi instan seperti cabai, minyak hingga kemasan. 

Di sisi lain, Fransiscus melihat, harga gandum internasional saat ini sudah mencapai level tertingginya. Sehingga, potensi harga gandum untuk mengalami kenaikan yang lebib tinggi terbilang cukup kecil.

Fransiscus yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) memastikan pasokan tepung terigu di dalam negeri aman. Menurutnya, pelaku industri telah mengantisipasi keterbatasan pasokan dunia akibat terdampak konflik Rusia-Ukraina.

"Indonesia tidak hanya impor dari Ukraina, tapi ada 30 negara lain," kata Fransiscus.

Sebelumnya Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengingatkan masyarakat yang gemar mengonsumsi mi harus merogoh kocek lebih dalam. Pasalnya, harga mi diyakini akan semakin mahal imbas kenaikan harga gandum dunia yang menjadi bahan baku pembuatan mi.

Syahrul menuturkan, perang Rusia-Ukraina menyebabkan adanya pasokan gandum Ukraina yang tertahan hingga 180 juta ton. Pasokan itu tak bisa keluar akibat blokade Rusia.

"Jadi, hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harga (naik) tiga kali lipat itu. Mohon maaf saya bicara ekstrem saja ini," kata Syahrul dalam webinar, Senin (8/8/2022).

Syahrul mengatakan, akibat gangguan rantai pasok global, harga gandum melonjak tinggi. Sementara, Indonesia terus melakukan impor gandum karena besarnya kebutuhan masyarakat.

 

Tercatat, rata-rata impor gandum per tahun telah tembus hingga 11 juta ton. Di mana, 9 juta ton di antaranya digunakan oleh industri makanan, sedangkan sisanya digunakan industri produsen pakan ternak unggas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement