REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Hariadi Wibisono mengingatkan pentingnya suntikan vaksinasi Covid-19 dosis primer dan penguat (booster) untuk menghadapi Covid-19. Saat ini cakupan vaksin Covid-19 dua dosis di Indonesia masih di bawah 70 persen.
Hariadi mengakui, mutasi Covid-19 yang baru lebih menular. Mutasi tersebut tapi bisa dihindarkan dengan vaksinasi Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan.
"Kita perlu menyamakan persepsi vaksinasi primer setidaknya dapat dua kali vaksinasi. Tetapi yang mendapatkan vaksinasi Covid-19 dua dosis itu di bawah 70 persen dari yang seharusnya 80 persen," ujarnya, Rabu (10/8/2022).
Artinya, dia melanjutkan, cakupan vaksinasi Covid-19 belum cukup tinggi dan masih cukup banyak masyarakat yang belum terlindungi dengan vaksin dua dosis. Kendati demikian, ia melihat banyak kelompok mengabaikan atau tak yakin dengan manfaat vaksin Covid-19.
Oleh karena itu, ia meminta pemerintah harus mengejar vaksinasi Covid-19 dua dosis supaya memenuhi target. Tak hanya itu, ia mengingatkan pemberian vaksin booster juga dibutuhkan.
Vaksin booster diperlukan karena Covid-19 terus bermutasi. Selain itu, vaksin dosis primer memiliki daya lindung yang terbatas.
"Ada suatu masa kemampuan melindunginya menurun. Untuk itu diperlukan vaksin Covid-19 booster," ujarnya.
Ia meminta semua pihak yang berkepentingan harus meyakinkan masyarakat bahwa vaksinasi Covid-19 dua dosis yang sudah didapatkan lebih dari enam bulan tidak menutup kemungkinan sudah tak melindungi. "Sehingga, perlu diberikan booster untuk meningkatkan antibodi untuk menolak virus (Covid-19)," katanya.