Produksi Padi di Kabupaten Madiun Turun Akibat Serangan OPT
Red: Muhammad Fakhruddin
Produksi Padi di Kabupaten Madiun Turun Akibat Serangan OPT (ilustrasi). | Foto: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
REPUBLIKA.CO.ID,MADIUN -- Produksi padi milik petani di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur mengalami penurunan karena gagal panen akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) menyusul anomali cuaca yang terjadi pada musim tanam kemarau tahun ini.
"Produksi padi petani di Kabupaten Madiun pada musim tanam kedua tahun 2022 sedikit berkurang dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya. Dimana rata-rata produksi petani sebelumnya bisa 6,8 ton per hektare, kini hanya 6,7 ton per hektare. Bahkan bisa kurang lagi," ujar Sekretaris Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun Paryoto di Madiun, Rabu (10/8/2022).
Menurut dia, penurunan produksi tersebut disebabkan karena serangan OPT yang menyebar di 15 kecamatan wilayah setempat. Adapun serangan terparah terjadi di empat kecamatan, yakni Kecamatan Balerejo, Sawahan, Madiun, dan Wonoasri.
"Tanaman padi di wilayah tersebut diserang virus kerdil yang disebabkan karena vektor wereng hijau dan wereng coklat. Bahkan sejumlah wilayah tercatat telah gagal panen," kata dia.
Ia menjelaskan kondisi musim tanam kedua tahun ini yang cenderung merupakan kemarau basah karena hujan, telah mengakibatkan OPT semakin cepat menular.
"Hal itu membuat kami dan petani sangat kesulitan untuk mengendalikan OPT tersebut," katanya.
Selain itu, cuaca yang tidak menentu seperti saat ini menimbulkan kelembaban tinggi yang membuat perkembangbiakan OPT juga meningkat.
Para petani sudah melakukan upaya pembasmian, di antaranya dengan penyemprotan pestisida, namun hal tersebut tidak membuahkan hasil. Pihak dinas juga telah menurunkan tim penyuluh untuk mendampingi petani, namun OPT masih menyerang.
Data Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun mencatat secara total rata-rata produksi padi petani di wilayah setempat per tahun mencapai 500.000 ton lebih dengan luasan area tanam 90.000 hektare.
Di musim tanam ketiga tahun ini yang bersamaan dengan puncak musim kemarau, dinas meminta para petani tidak memaksakan menanam padi, melainkan tanaman palawija ataupun tembakau.
Hal itu bertujuan untuk menghindari gagal panen akibat minimnya pasokan air, selain itu juga efektif untuk memutus perkembangbiakan dan penularan OPT.