Kamis 11 Aug 2022 07:02 WIB

Banjir Tunjukkan Kesenjangan Sosial di Korea Selatan

Seperti film Parasite, banjir di Korea Selatan tunjukkan kesenjangan sosial

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Warga berjalan di tengah banjir di selatan Seoul, Korsel, Senin (8/8/2022). Hujan deras mencapai 100 milimeter per jam, alias terderas dalam 80 tahun, telah melumpuhkan Seoul dan sekitarnya akibat banjir.
Foto: EPA-EFE/YONHAP SOUTH KOREA OUT
Warga berjalan di tengah banjir di selatan Seoul, Korsel, Senin (8/8/2022). Hujan deras mencapai 100 milimeter per jam, alias terderas dalam 80 tahun, telah melumpuhkan Seoul dan sekitarnya akibat banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Dengan menggunakan mangkuk plastik, Ha In-sik mengeluarkan air dari apartemennya yang lebih rendah di distrik perumahan berpenghasilan rendah wilayah Sillim di Seoul barat daya pada Rabu (10/8/2022). Banjir yang disebabkan oleh hujan deras memaksa keluarganya untuk tidur di taman terdekat.

Pria berusia 50 tahun itu, bersama istri dan putrinya, mengumpulkan peralatan rumah tangga, perabotan, buku, dan bahkan peralatan makan. Benda-benda itu mereka letakkan di luar untuk melihat apa yang bisa diselamatkan.

Baca Juga

Adegan itu memiliki kesamaan yang tidak nyaman dengan flat semi-basement yang terendam air limbah yang digambarkan dalam film Korea Selatan pemenang Oscar 2020 Parasite. Film ini menceritakan kisah tentang kesenjangan sosial yang berkembang di ekonomi terbesar keempat di Asia.

Banjir telah menyebabkan ketidaknyamanan dan kerugian moneter di bagian ibukota yang lebih kaya, seperti lingkungan Gangnam yang mewah beberapa kilometer jauhnya. Namun di tempat-tempat seperti Sillim, banjir telah memusnahkan harapan kecil yang telah dipegang teguh oleh orang-orang yang putus asa seperti Ha agar dapat terus berjalan.

"Saya tidak punya uang, tidak ada apa-apa. Namun saya datang ke sini untuk tinggal di ruang bawah tanah ini, karena itu satu-satunya pilihan saya harus tinggal bersama putri saya," kata Ha.

"Tapi saya putus asa sekarang. Semuanya hilang, tidak ada bantuan dan aku bahkan tidak punya sendok untuk makan," ujarnya.

Ha tidak sendirian dalam kesengsaraannya. Penduduk lain di Sillim mengambil air dengan mangkuk besar atau menyisir sisa-sisa air untuk melihat apa saja yang masih bisa digunakan.

Sebanyak tiga anggota keluarga yang tinggal di lingkungan itu, termasuk seorang perempuan dengan kondisi kesehatan terkait, tenggelam di apartemen yang lebih rendah pada Senin (8/8/2022). Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengunjungi Sillim sehari kemudian.

Usai kunjungan itu, Yoon meminta maaf atas tragedi tersebut pada Rabu. Dia menyerukan langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan perumahan untuk melindungi orang tua, orang miskin atau memiliki keterbatasan, dan keluarga seperti Ha yang rumahnya paling rentan terhadap banjir.

Sekitar 10 orang meninggal dunia akibat hujan deras yang melanda bagian utara negara itu sejak Senin. Peristiwa ini memutus aliran listrik, menyebabkan tanah longsor, dan membanjiri jalan serta kereta bawah tanah. Administrasi Meteorologi Korea menyatakan, Banjir minggu ini membawa hujan terberat dalam 115 tahun di Seoul.

Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat mengumumkan, enam orang masih hilang, 570 setidaknya kehilangan rumah untuk sementara, dengan 1.400 telah dievakuasi, sebagian besar di Seoul. Saat awan hujan bergerak ke selatan, upaya pemulihan mulai dilakukan, setidaknya di distrik-distrik yang lebih makmur seperti Gangnam yang sebagian besar jalan telah dibersihkan dan lalu lintas kembali normal.

Baca juga : Korsel dan China Sepakat THAAD tak Jadi Hambatan Hubungan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement