REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan (Korsel) mengatakan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) buatan Amerika Serikat (AS) yang ditempatkan di Korsel adalah sarana untuk membela diri, Kamis (11/8/2022). Hal ini diungkapkan oleh kantor kepresidenan Korsel setelah Beijing menuntut Seoul tidak menggunakan baterai tambahan dan membatasi penggunaan yang sudah ada.
Penempatan THAAD di Korsel dilakukan pada 2016. Sejak itu hubungannya dengan China menjadi renggang dalam hal perdagangan hingga impor budaya.
Isu THAAD juga dibahas dalam lima jam pembicaraan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) Korsel Park Jin dan Menlu China Wang Yo, Rabu (10/8/2022). Kedua belah pihak sepakat tentang upaya untuk menangani masalah berduri sehingga tidak akan menjadi batu sandungan untuk ikatan bilateral lagi. Namun, perselisihan yang relevan tampaknya sedang terjadi.
Presiden Korsel Yoon Suk-yeon sebelumnya berjanji untuk membeli dan menggunakan baterai THAAD. Dia mengabaikan kesepakatan yang dibuat oleh pemerintah sebelumnya dengan China pada 2017. Kesepakatan itu disebut "Three Nos" yang berisi tidak ada penyebaran THAAD tambahan, tidak ada partisipasi dalam perisai rudal global yang dipimpin AS, dan tidak ada pembuatan aliansi militer trilateral yang melibatkan Jepang.
Namun demikian Park mengatakan, "Three Nos" bukan janji atau kesepakatan resmi. Ini berarti prinsip Three Nos tidak mengikat pemerintahan Yoon.
"Saya telah mengklarifikasi bahwa Thaad adalah sarana untuk membela diri terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara, dan itu adalah masalah kedaulatan terkait keamanan Korea Selatan," katanya dilansir laman Yonhap.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Beijing menegaskan kembali bahwa Seoul harus mempertahankan kebijakan "Three Nos" yang disumpah secara formal. Seoul juga diminta memenuhi janji untuk membatasi operasi baterai THAAD yang telah berbasis di Korsel sejak 2017.
"(Kami) ingin menunjukkan bahwa penyebaran THAAD AS ke Korsel jelas membahayakan kepentingan keamanan strategis China," katanya. "China telah menyatakan keprihatinan kepada pihak Korsel beberapa kali."
Kementerian Luar Negeri Korsel menyatakan ketidaksenangan atas pernyataan pemerintah China tentang THAAD. Pihaknya mengatakan masalah ini akan menjadi hambatan bagi ikatan bilateral jika Beijing terus meningkatkannya.
Selama pembicaraan Menteri Luar Negeri, Park menekankan masalah THAAD akan hanya bertindak sebagai batu sandungan untuk hubungan bilateral jika China terus mengangkat masalah ini. Thaad adalah akronim untuk sistem pertahanan Area Ketinggian Terminal yang dirancang untuk menembak rudal balistik dalam fase terminal mereka. Menggunakan radar mutakhir.