REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China menyebut Amerika Serikat sebagai "penghasut utama" atas krisis Rusia dan Ukraina. Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia, TASS yang diterbitkan pada Rabu (10/8/2022), Duta Besar China untuk Moskow, Zhang Hanhui, menuduh Washington menyudutkan Rusia dengan ekspansi berulang dari aliansi pertahanan NATO dan dukungan untuk menyelaraskan Ukraina dengan Uni Eropa.
"Sebagai pemrakarsa dan penghasut utama krisis Ukraina, Washington, memberlakukan sanksi komprehensif yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, dan terus memasok senjata dan peralatan militer ke Ukraina," kata Zhang.
"Tujuan utama mereka adalah untuk menguras dan menghancurkan Rusia dengan perang yang berlarut-larut dan sanksi," ujar Zhang menambahkan.
Dalam wawancara tersebut, Zhang mengatakan, hubungan China-Rusia telah memasuki periode terbaik dalam sejarah. Hal ini ditandai dengan meningkatnya tingkat rasa saling percaya, tingkat interaksi yang tinggi, dan kepentingan strategis terbesar.
Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Beijing pada Februari untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Kunjungan itu dilakukan ketika tank-tank Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina. Dalam pertemuan itu, Putin dan Xi menyetujui kemitraan "tanpa batas" yang lebih unggul daripada aliansi Perang Dingin.
Zhang mengatakan, Amerika Serikat sedang mencoba menerapkan taktik yang sama di Ukraina dan Taiwan untuk menghidupkan kembali mentalitas Perang Dingin, menahan China dan Rusia, serta memprovokasi persaingan dan konfrontasi kekuatan besar.
"Non-intervensi dalam urusan internal adalah prinsip paling mendasar untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di dunia kita," kata Zhang.
Rusia menyebut invasi ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus". Rusia mengatakan, operasi itu bertujuan untuk menjaga keamanan dan melindungi penutur bahasa Rusia di Ukraina dari penganiayaan. Ukraina dan Barat mengatakan, alasan tersebut adalah dalih tak berdasar untuk perang agresi kekaisaran terhadap negara tetangga yang telah memperoleh kemerdekaan ketika Uni Soviet bubar pada 1991.