REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Gambar satelit menunjukkan setidaknya tujuh jet tempur hancur di sebuah pangkalan udara di semenanjung Krimea yang dikuasai Rusia. Gambar satelit yang diambil oleh Planet Labs PBC pada Rabu (10/8/2022), melemahkan klaim Rusia bahwa ledakan yang terjadi pada Selasa (9/8/2022) tidak menyebabkan kerusakan serius.
Militer Rusia sebelumnya mengatakan, tidak ada pesawat yang hancur dalam ledakan itu. Moskow menuding ledakan itu akibat peledakan amunisi yang disimpan.
Sementara Ukraina belum secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Namun penasihat presiden Ukraina, Oleksiy Arestovych, mengatakan, ledakan itu disebabkan oleh senjata jarak jauh buatan Ukraina.
Seorang pejabat Ukraina yang tidak mau disebutkan namanya, pada Rabu mengatakan kepada The Washington Post bahwa, ledakan itu merupakan serangan oleh pasukan khusus Ukraina.
Gambar satelit menunjukkan padang rumput dengan luas sekitar 2 kilometer persegi terbakar di pangkalan udara, yang menampung Skuadron Udara Serangan Angkatan Laut Independen ke-43 Rusia. Pangkalan tersebut setidaknya terletak sekitar 200 kilometer dari posisi terdekat Ukraina.
Analis telah meragukan bahwa kerusakan itu bisa disebabkan oleh ledakan yang tidak disengaja. Institut Studi Perang yang berbasis di Washington mengatakan, ledakan simultan di dua lokasi di pangkalan kemungkinan mengesampingkan kebakaran yang tidak disengaja. Ledakan itu bukan sabotase atau serangan rudal.
“Kremlin memiliki sedikit insentif untuk menuduh Ukraina melakukan serangan yang menyebabkan kerusakan, karena serangan tersebut akan menunjukkan ketidakefektifan sistem pertahanan udara Rusia," ujar pernyataan Institut Studi Perang, dilansir Aljazirah, Kamis (11/8/2022).
Pihak berwenang Rusia mengatakan, hotel dan pantai di wilayah wisata populer itu tidak terpengaruh oleh ledakan. Namun video yang beredar di media sosial menunjukkan antrean panjang mobil yang bergerak perlahan di jalanan saat turis meninggalkan daerah itu.