REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uni Eropa (EU) dan Azerbaijan pada Senin (18/7/2022) menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang kemitraan strategis di bidang energi untuk pasokan gas dari Azerbaijan ke Eropa pada 2027. Menurut rilis pers Kedutaan Besar Azerbaijan di Jakarta pada Kamis (11/8/2022), Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memuji kerja sama tersebut dan menilainya sebagai proyek yang akan benar-benar mengubah peta energi Eropa.
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursulavon der Leyen mengatakan bahwa MoU tersebut membuka babak baru bagi EU dalam kerja sama energidengan Azerbaijan. Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Jalal Mirzayev mengatakan penandatanganan MoU itu merupakan bagian dari upaya implementasi ratifikasi Perjanjian Paris terkait pembatasan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius, dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kerja sama kedua pihak merupakan upaya untuk mengatasi isu perubahan iklim dan implementasinya, termasuk melalui pembaruan Nationally Determined Contributions (NDCs) reguler guna mengurangi emisi gas rumah kaca pada 2030, dan merancang Strategi Pembangunan Rendah Emisi Jangka Panjang yang selaras dengan target emisi nol bersih pada 2050.
"Saya meyakini bahwa gas alam akan terus memainkan peran penting dalam hal konsumsi energi dan pembangkit listrik di Uni Eropa hingga tahun 2030," kata Jalal.
Tidak hanya itu, gas alam di masa mendatang, kata dia, juga akan terus digunakan di EU sembari menunggu penggantian secara progresif dengan komitmen netralitas iklim pada 2050.
Ia mengakui pentingnya Global Methane Pledge untuk mengurangi emisi metana secara kolektif sedikitnya 30 persen pada 2030. Oleh karena itu, beberapa langkah penting perlu diambil untuk mengurangi emisi metana di seluruh rantai pasokan.
Jalal mengatakan sejak Azerbaijan menghasilkan gas alam fosil dan negara-negara EUmengimpornya, kedua pihak mengakui bahwa tanggung jawab kolektif yang harus diemban adalah menjadikan rantai pasokan tersebut efisien, ramah lingkungan dan ramah iklim.
"Menurut saya, penting mengakui adanya listrik hijau dalam menanggulangi pemanasan global dan mitigasi perubahan iklim, serta untuk meningkatkan keamanan dan ketahanan wilayah sistem energi," katanya.