Kamis 11 Aug 2022 17:28 WIB

Epidemiolog: Booster Pertama Keharusan yang Diprioritaskan

Epidemiolog menilai booster amat penting karena terbukti tingkatkan kadar antibodi.

Red: Nora Azizah
Epidemiolog menilai booster amat penting karena terbukti tingkatkan
Foto: EPA-EFE/Bagus Indahono
Epidemiolog menilai booster amat penting karena terbukti tingkatkan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengemukakan, vaksin COVID-19 dosis penguat atau booster pertama menjadi suatu keharusan yang perlu diprioritaskan dan dilakukan masyarakat. Sebab, booster terbukti meningkatkan kadar antibodi.

"Yang sudah jelas, bahwa booster pertama itu adalah suatu keharusan kita lakukan. Kita tuntaskan, dalam arti karena dari data mengindikasikan kita berhasil mencapai level kadar antibodi yang cukup tinggi," kata Pandu Riono dalam konferensi pers Serosurvei Nasional Ketiga yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Kamis (11/8/2022).

Baca Juga

Pandu mengatakan, serologi survei (serosurvei) antibodi yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menunjukkan kadar antibodi yang dimiliki 98,5 persen penduduk Indonesia meningkat lebih dari empat kali lipat pada Juli 2022, dibandingkan Desember 2021. 

Serosurvei dilaksanakan untuk mengukur kadar antibodi masyarakat Indonesia yang diperoleh dari vaksinasi COVID-19 program pemerintah maupun antibodi alami yang diperoleh dari infeksi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Dalam tiga tahapan serosurvei yang bergulir Desember 2021, Maret 2022, dan Juli 2022, diperoleh laporan median kadar antibodi masyarakat meningkat dari 444 unit per mm, jadi 2.097 unit per mm.

Menurut Pandu, jumlah antibodi itu cukup untuk menekan risiko keparahan akibat infeksi COVID-19, bahkan menghindari risiko kematian. Pandu meyakini pemberian dosis ketiga terbukti menekan keparahan gejala pada pasien COVID-19. Hal ini terbukti saat gelombang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

"Meskipun ada peningkatan kasus, namun tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian akibat COVID-19 tidak setinggi pada gelombang sebelumnya," katanya.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan antibodi yang sudah dimiliki masyarakat bukan berarti melindungi diri dari penularan. Pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) masih tetap harus dilakukan.

"Harus tetap prokes, dan perlu diingat penduduk dengan dosis vaksin bertambah memiliki kadar antibodi lebih tinggi dibanding penduduk dengan vaksin dosis tetap," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement