Kamis 11 Aug 2022 21:05 WIB

Stunting Perlambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Jika tak ditangani dengan tepat, dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, saat membuka Rapat Kerja Nasional Tahun 2022 secara virtual, Selasa (22/2).
Foto: BKKBN
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, saat membuka Rapat Kerja Nasional Tahun 2022 secara virtual, Selasa (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stunting atau gagal tumbuh kembang pada anak disebut memiliki efek domino terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Karena itu, apabila tidak ditangani dengan tepat, stunting dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

"Stunting atau gagal tumbuh kembang pada anak ternyata memiliki efek domino terhadap pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Stunting bisa memperlambat partumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam keterangannya, Kamis (11/8/2022).

Baca Juga

Hasto menjelaskan, stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, dan dapat menurunkan produktifitas seseorang. Tidak hanya itu, secara makro dampak yang ditimbulkan dari stunting adalah lambatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya angka kemiskinan, dan terjadinya ketimpangan sosial.

Hasto menyebutkan, kerugian yang dialami negara dari adanya stunting adalah hilangnya 11 persen growth domestic product (GDP) hingga berkurangnya pendapatan orang dewasa hingga 20 persen. Tidak hanya itu, jurang kesenjangan sosial juga semakin terbuka lebar akibat stunting dan mengurangi 10 persen dari total pendapatan seumur hidup, serta timbulnya kemiskinan antargenerasi.