REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengungkapkan faktor-faktor pendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada kuartal II 2022. Pertama, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,3 persen (yoy) kuartal I 2022 atau meningkat lebih kuat lagi, yakni level 5,5 persen pada kuartal II 2022.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 sebesar 5,44 persen menunjukkan pemulihan dalam negeri yang sangat impresif di tengah berbagai negara sedang tertekan.
"Ini adalah pertumbuhan yang sangat tinggi kalau kita bandingkan dengan 2021, bahkan kuartal I 2022, konsumsi rumah tangga kita mengalami pukulan yang dalam akibat pandemi," ujarnya saat konferensi pers APBN Kita, Kamis (8/11/2022).
“Di tengah cuaca dan suasana tidak baik ini perekonomian Indonesia kuartal II menunjukkan kinerja sangat impresif. Banyak negara di kuartal II mengalami koreksi ke bawah,” ucapnya.
Menurutnya pandemi Covid-19 cukup terkendali, sehingga masyarakat mobilitas meningkat, dan masyarakat juga mulai melakukan konsumsi. “Terutama masyarakat menengah ke atas. Pada kuartal II 2022 kemarin kita juga merayakan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri," ucapnya.
Meski demikian, dia mengatakan konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi pada kuartal II 2022. Sri Mulyani menyoroti saat puncak varian Delta terjadi, pemerintah memang meningkatkan belanja luar biasa.
Pada waktu itu, lanjutnya, belanja pemerintah melonjak hingga 8,1 persen. Peningkatan terjadi akibat belanja vaksinasi serta bantuan sosial, termasuk bantuan subsidi upah dan bantuan sosial lainnya.
“Ini membuat konsumsi rumah tangga meningkat akibat suntikan belanja-belanja sosial dari pemerintah. Sekarang dengan kondisi pandemi yang relatif terkendali, beberapa bansos dilakukan koreksi untuk melindungi masyarakat bukan dari pandemi, tetapi dari kemungkinan kenaikan harga, misalnya bantuan minyak goreng," ucapnya.
Menurutnya, investasi juga menunjukkan pemulihan, tetapi belum yang seperti diharapkan. Dia berharap investasi menguat seiring dengan confidence ekonomi Indonesia.
Kedua, penyumbang pertumbuhan ekonomi yakni ekspor yang melonjak tinggi. Tercatat ekspor Indonesia tumbuh 16,7 persen pada kuartal I 2022 dan 19,7 persen pada kuartal II 2022.
"Ini pertumbuhan yang relatif terjaga. Pada 2021, ekspor mengalami pemulihan yang kencang akibat permintaan barang-barang ekspor Indonesia tinggi tahun lalu. Sekarang bisa tumbuh dekati double digit, ini sumbangan dari kenaikan harga komoditas," ucapnya.
Ketiga investasi turut tumbuh positif sebesar 3,1 persen namun melambat dari 4,1 persen pada kuartal I 2022 karena tingginya harga barang input.
Di samping itu, Sri Mulyani menjelaskan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 mengalami tren perlambatan sebagian besar negara bahkan Amerika Serikat mencatat kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut pada tahun ini. Sebagai contoh, Singapura tumbuh 4,8 persen, Italia 4,6 persen dari 6,2 persen pada kuartal I, Eropa 4 persen dari 5,4 persen kuartal I dan China hanya tumbuh 0,4 persen dari 4,8 persen pada kuartal I 2022.
Adapun faktor perlambatan tersebut karena adanya perang Ukraina dan krisis energi di Eropa, penurunan investasi di AS serta zero Covid policy serta krisis properti di Tiongkok.“Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II menguat ditopang kinerja konsumsi dan ekspor,” ucapnya.
Dalam konteks produk domestik bruto (PDB) riil, posisi Indonesia berada level 7,1 persen yang menandakan sudah di atas dari pra pandemi Covid-19 pada 2019, sehingga menggambarkan pelemahan sudah diganti oleh pemulihan ekonomi yang kuat. Adapun posisi Indonesia itu lebih tinggi dibanding beberapa negara seperti Singapura 6,8 persen, Italia terkontraksi 0,2 persen, Eropa 1,4 persen, Meksiko minus 1,7 persen dan AS 4,2 persen.