Jumat 12 Aug 2022 07:00 WIB

Presiden Filipina Ancam Pejabat Pertanian yang Impor Gula

Sebuah resolusi yang mengizinkan impor gula dimuat di situs Badan Pengatur Gula.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi). Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengancam akan memecat pejabat tinggi pertanian jika penyelidikan menunjukkan mereka membuat dan mengumumkan keputusan untuk mengimpor gula di tengah kekurangan gula tanpa persetujuannya.
Foto: fxcuisine.com
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi). Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengancam akan memecat pejabat tinggi pertanian jika penyelidikan menunjukkan mereka membuat dan mengumumkan keputusan untuk mengimpor gula di tengah kekurangan gula tanpa persetujuannya.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengancam akan memecat pejabat tinggi pertanian. Langkah itu akan diambil jika penyelidikan menunjukkan mereka membuat dan mengumumkan keputusan untuk mengimpor gula di tengah kekurangan gula tanpa persetujuannya.

Ancaman pemecatan adalah langkah hukuman terberat yang dapat diambil oleh Macros atas ketidakberesan yang tampak di awal masa jabatan enam tahunnya. Dia menjabat pada 30 Juni setelah kemenangan telak dalam pemilihan umum dan mewarisi masalah yang menakutkan.

Juru bicara presiden Trixie Cruz-Angeles mengatakan pada Kamis (11/8/2022), sebuah resolusi yang mengizinkan impor 300.000 metrik ton gula oleh Badan Pengatur Gula dimuat di situs web Badan Pengatur Gula di bawah Departemen Pertanian pada Rabu (10/8/2022). Dia menyatakan, presiden tidak pernah menyetujui atau mengetahui resolusi untuk mengimpor gula.

"Resolusi ini ilegal. Penyelidikan sedang berlangsung untuk menentukan apakah tindakan apa pun yang akan menyebabkan presiden kehilangan kepercayaan dan kepercayaan pada pejabatnya dapat ditemukan atau apakah ada niat jahat atau kelalaian yang terlibat," ujar Cruz-Angeles.

Resolusi itu diketahui ditandatangani oleh wakil menteri pertanian dan pejabat lain yang sedang diselidiki dengan dokumen yang telah rilis itu diturunkan dari situs web pada Kamis. Marcos untuk sementara mengambil alih Departemen Pertanian karena krisis pangan yang mengancam dan meroketnya harga komoditas yang sebagian dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina.

"Jika temuan seperti itu dibuat, maka satu-satunya penentuan yang tersisa adalah berapa banyak pihak yang akan kehilangan pekerjaan,” kata Cruz-Angeles.

Kekurangan gula dan kenaikan harga yang cepat sebagian besar disebabkan oleh kerusakan ladang tebu, pabrik penggilingan,dan penyulingan oleh topan yang kuat pada Desember. Pejabat yang menangani masalah itu telah memilih untuk mengamankan impor gula tambahan untuk meredakan krisis dan mencegah negara kehabisan pasokan.

Tapi Marcos menolak proposal tersebut. Cruz-Angeles menyatakan, keputusan untuk mengimpor gula harus dipelajari untuk mencapai keseimbangan antara melindungi konsumen dari kenaikan harga sambil memastikan tidak menghancurkan industri lokal. Terlebih lagi musim panen juga akan segera datang.

Marcos juga mewarisi ekonomi yang dilanda pandemi, ancaman virus korona yang masih ada, kemiskinan yang parah, pemberontakan selama beberapa dekade, dan masalah hukum dan ketertiban. Masalah baru muncul ketika terjadi perpecahan politik yang dikobarkan oleh pemilihan baru-baru ini yang mengantarkannya ke posisi sekarang.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement