REPUBLIKA.CO.ID., RAMALLAH -- Keputusan baru-baru ini oleh otoritas Israel untuk menghancurkan sebuah sekolah di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, sama dengan "perang terhadap identitas Palestina," kata Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh, Kamis (11/8/2022).
"Kami menolak keputusan pendudukan (Israel) untuk menghancurkan sekolah Ein Samia, yang merupakan bentuk perang terhadap identitas Palestina," kata Shtayyeh pada upacara untuk siswa sekolah menengah di Ramallah.
Keputusan itu adalah "upaya panik untuk memusnahkan pendidikan keluarga," dan "pelanggaran mencolok terhadap hak pelajar Palestina untuk pendidikan," tambahnya.
Pada hari Rabu, Pengadilan Distrik Israel di Yerusalem mengeluarkan keputusan untuk "segera menghancurkan" sekolah Ein Samia, timur laut Ramallah, menurut Pusat Hak Sosial dan Ekonomi Yerusalem.
Pusat hak asasi manusia mengatakan sekolah itu melayani siswa komunitas Ein Samia al-Badawi, dengan total sekitar 300 orang. Itu terletak di Area C, yang digunakan untuk mengklasifikasikan bagian Tepi Barat yang berada di bawah kendali Israel.
Pada 28 Juli, Menteri Pendidikan Israel, Shasha-Biton, memutuskan untuk mencabut izin enam sekolah di Yerusalem Timur yang diduduki dengan lebih dari 2.000 siswa, "dengan latar belakang hasutan terhadap Israel dalam buku pelajaran," menurut pernyataan kementerian di waktu.