REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dalam upaya mendukung program energi bersih dan ramah lingkungan, PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah (JBT) terus memperluas inovasi pemanfaatan sumber energi baru terbarukan (EBT).
Terbaru, Pertamina Patra Niaga Jawa JBT menghadirkan program Program Desa Energi Berdikari, di Dusun Padokan, Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Program ini diwujudkan melalui pemberian pelatihan mengolah limbah (kooran) hewan ternak sapi menjadi biogas pengganti LPG untuk memasak, dengan sasaran Kelompok Tani Ternak JSN Cengkir Gading, Dusun Padokan.
Pelatihan yang diikuti anggota Kelompok Tani Ternak JSN Cengkir Gading ini telah dimulai sejak Selasa (9/8) kemarin.
“Ini bagian dari upaya Pertamina untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, sekaligus juga untuk mendorong kemandirian energi desa berbasis energi ramah lingkungan,” ungkap Area Manager Communication, Relations & CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (12/8).
Brasto mengungkapkan, program ini disiapkan untuk membantu masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasional Pertamina, khususnya Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Sumarmo, Kabupaten Boyolali.
Program pemanfaatan kotoran hewan ternak untuk dikelola menjadi biogas ini sekaligus juga implementasi kehadiran BUMN dalam meningkatkan taraf kehidupan dan perekonomian masyarakat setempat.
Bersama dengan Kelompok Tani Ternak JSN Cengkir Gading, Dusun Padokan, Pertamina telah mengembangkan inovasi energi baru terbarukan dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai biogas untuk bahan bakar memasak.
Sebelumnya pemanfaatan bahan bakar biogas telah dilakukan para petani di kelompok ini, namun pemanfaatannya masih sebatas pada kebutuhan di kandang (lokasi ternak) saja.
Dalam pelatihan ini, para anggota kelompok tani diberikan pelatihan bagaimana biogas yang dihasilkan juga dapat dimasukkan ke dalam suatu wadah agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya, yakni memasak.
“Maka, mereka (para petani) diberikan pelatihan agar mampu memanfaatkan bekas ban mobil (truk) yang tidak terpakai untuk menampung biogas yang dihasilkan dari peternakan mereka,” jelasnya.
Pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas, masih lanjut Brasto tidak hanya memberikan dampak perbaikan kualitas lingkungan, namun juga mampu memberikan dampak secara keekonomian kepada masyarakat.
Karena selain bahan bakar yang digunakan lebih ramah lingkungan, juga ada beberapa keuntungan lain yang dapat dinikmati anggota kelompok tani ini.
Pemanfaatan biogas ini juga sangat berperan dalam memangkas pengeluaran biaya produksi (usaha peternakan) maupun biaya pengeluaran rumah tangga, khususnya untuk konsumsi bahan bakar.
Ketua Kelompok Tani JSN Cengkir Gading, Suranto menambahkan, dalam kurun waktu satu terakhir pemanfaatan energi biogas, dampaknya telah dapat dirasakan oleh anggota kelompok tani SJN Cengkir Gading.
“Karena kelompok kami mampu memperoleh penghematan dari penggunaan biogas untuk kebutuhan operasional peternakan setidaknya Rp 144 ribu setiap bulan,” ungkapnya.
Ke depan, lanjut Suranto, setidaknya 42 anggota kelompok kami yang akan mulai memanfaatkan biogas ini untuk mensubstitusi kebutuhan bahan bakar di rumah tangga masing- masing.
“Sehingga bakal ada lebih banyak lagi anggota kelompok tani yang akan mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi biogas ini,” lanjutnya.
Brasto menambahkan, upaya yang dijalankan dalam program ini untuk menghadirkan energi bersih dan peningkatan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan, seperti komitmen Environment, Social, Governance) yang dijalankan Pertamina.
“Selain itu program ini juga ikut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs),” tegasnya.