REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pelaksanaan program konversi Bahan Bakar Gas (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) sebab manfaatnya baik untuk kemandirian energi di tengah kondisi energi saat ini.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, program konversi BBM ke BBG dapat menciptakan kemandirian energi. Pasalnya, gas yang digunakan berasal dari dalam negeri sehingga bisa mengurangi ketergantungan pada impor BBM.
"Gas kita juga cukup besar dan itu kan lebih bagus, mandiri dengan kemampuan yang kita miliki sendiri daripada BBM," kata Arifin di Kementerian ESDM, Jumat (11/9).
Arifin mengakui untuk menerapkan konversi BBM ke BBG harus menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya adalah pemasangan konverter kit pada kendaraan yang berfungsi untuk mengubah konsumsi bahan bakar atau dual fuel BBM BBG.
"kita harus mengubah memodifikasi nah salah satu itu," kata Arifin.
Arifin melanjutkan, penerapan konversi BBM ke BBG juga tergantung pada minat pengguna kendaraan. Untuk itu perlu adanya sinergi antara kebijakan pemerintah hingga masyarakat.
"Dalam arti kata artian berjenjang mulai dari unsur pemerintahannya sampai ke masyarakat," ujarnya.
Menurut Arifin, untuk mendorong minat masyarakat menerapkan konversi BBM ke BBG perlu sosialisasi lebih intensif, sehingga masyarakat mengetahui manfaat yang didapat, yaitu penghematan karena harga BBG lebih murah dibanding BBM dan dapat menciptakan kemandirian enegi sebab gasnya berasal dari dalam negeri.
Arifin pun menyebutkan, Semarang menjadi salah satu pemerintah daerah yang telah mengimplementasikan program konversi BBM ke BBG. Dia pun ingin pemerintah daerah lain mengikuti jejak tersebut.
"Contohnya yang sudah jalan di Semarang BBG ini sebaiknya bisa diikuti oleh daerah-daerah lain," imbuh Arifin.