REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran menerangkan bahwa agama para Nabi dan Rasul itu mengajarkan hanya menyembah Allah SWT. Namun seiring berjalannya waktu para pengikut Rasul-rasul terdahulu terpecah dan jadi beberapa golongan, mereka juga merasa golongan mereka sendiri yang paling benar.
Kemudian datanglah Nabi Muhammad SAW, Rasul terakhir yang mengajak mereka yang telah menyimpang dari ajaran Nabi dan Rasul terdahulu agar kembali ke jalan yang benar yakni ajaran Islam. Hal ini dijelaskan dalam tafsir Surah Al-Muminun Ayat 53.
فَتَقَطَّعُوْٓا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًاۗ كُلُّ حِزْبٍۢ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ
Lalu mereka (para pengikut Rasul) terpecah belah dalam urusan (agama)-nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing). (QS Al-Muminun: 53)
Ayat ini mengandung arti, kemudian setelah sekian lama mereka yakni pengikut para Rasul, menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan yang berbeda dan saling bermusuhan. Setiap golongan dari mereka bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka sendiri. Demikianlah manusia, suka menonjolkan egonya.
Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini Allah menerangkan bahwa umat para Rasul itu telah menyimpang dari ajaran Rasul-rasul mereka, sehingga terpecah belah menjadi beberapa golongan. Masing-masing golongan menganggap bahwa golongannyalah yang benar, sedang golongan yang lain adalah salah.
Demikianlah sejarah agama-agama samawi yang dibawa para nabi dan Rasul. Pada mulanya agama-agama itu tetap suci dan murni, tidak sedikit pun dimasuki oleh dasar-dasar kesyirikan, tetapi dengan berangsur-angsur sedikit demi sedikit paham tauhid yang murni itu dimasuki oleh paham-paham lain yang berbau syirik atau menyimpang sama sekali dari dasar tauhid.
Akibatnya, manusia terjatuh ke jurang kesesatan, bahkan ada di antara mereka yang menyembah manusia, binatang, dan benda-benda seperti patung dan berhala.
Namun demikian, kita dapat mengetahui suci dan murninya suatu agama jika masih berpegang teguh kepada paham tauhid. Bila dalam agama itu tidak terdapat sedikit pun penyimpangan dari dasar tauhid, maka agama itu pastilah agama yang asli dan murni. Tetapi bila terdapat di dalamnya paham yang menyimpang dari dasar itu, maka agama itu tidak murni lagi dan telah kemasukan paham-paham yang sesat.
Paham-paham yang sesat inilah yang telah dianut oleh kaum musyrikin Makah sekalipun mereka mendakwahkan bahwa mereka adalah pengikut Nabi Ibrahim. Mereka telah jauh tersesat dari ajaran Nabi Ibrahim, tetapi mereka tetap membanggakan bahwa agama merekalah yang benar, walaupun yang mereka sembah adalah benda-benda mati yang tidak bermanfaat sedikitpun dan tidak pula berdaya menolak kemudaratan.
Mereka menentang dengan keras ajaran tauhid yang dibawa Nabi Muhammad SAW dan mengancam akan bertindak tegas terhadap siapa saja yang menentang mereka.