REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lapar mata biasanya selalu identik dengan perempuan, bahkan ketika sudah menjadi istri atau ibu sekali pun. Padahal perempuan biasanya menjadi menteri keuangan dalam sebuah keluarga, sehingga ini akan berbahaya jika tidak direm.
Dengan adanya fasilitas seperti 'bayar nanti' atau paylater hingga fasilitas pinjaman online (pinjol), para perempuan lebih mudah memenuhi hasrat berbelanja. Namun, mereka juga dapat menjadi sasaran empuk pinjol ilegal.
“Ternyata korban tertinggi pinjol ilegal adalah ibu rumah tangga. Itu mengerikan ya,” ujar perencana keuangan, Ruisa Khoiriyah, dalam acara Lentera Flip di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara, Jumat (12/8/2022).
Untuk mewujudkan kesejahteraan keuangan keluarga, kuncinya ada pada pengelolaan keuangan dan itu berada di tangan istri. Seperti data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019, dalam hal urusan keuangan keluarga 85 persen keluarga menyerahkan urusan itu diatur oleh istri.
“Saking pentingnya, istri bisa menentukan hitam putihnya (flow keuangan keluarga). Memang dipengaruhi juga dengan besarnya pendapatan yang di-sharing sama suami ke keluarga. Tapi, sekarang perempuan banyak juga yang punya penghasilan sendiri,” ucap Ruisa.
Istri dituntut harus cermat dan menahan untuk tidak mudah belanja, tentunya juga dengan kerja sama suami. Jika keuangan diatur dengan cermat, otomatis kebutuhan lebih terpenuhi.
Ia memaparkan dua hal utama dan mendasar yang harus diterapkan saat mengelola keuangan keluarga. Pertama, ini merupakan prinsip utama yang harus selalu diingat, sederhana, tapi sering gagal, adalah mengenali atau membedakan keinginan dan mana kebutuhan. Kedua, memiliki dan menentukan prioritas kebutuhan, tapi secara umum dalam perekonomian kebutuhan prioritas adalah yang menyangkut urusan keluarga.
Mendorong literasi keuangan
Literasi keuangan seperti ini, seharusnya lebih sering digaungkan kepada ibu-ibu. Seperti Ruisa yang hadir di tengah 50 ibu di Rusunawa Marunda, memberikan edukasi keuangan. Bahkan rencananya, ke depan akan lebih sering diadakan edukasi terkait pengelolaan keuangan di sana.
Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2019, indeks literasi keuangan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu 36,13 persen.
Begitu pula dalam hal investasi, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 2021 menyebutkan investor laki-laki mendominasi jumlah investor pasar modal 62,45 persen dan investor perempuan 37,55 persen.
Hal ini yang mendorong PT Fliptech Lentera Inspirasi Pertiwi atau Flip, mendatangi ibu-ibu multitasking di Rusunawa Marunda. “Seperti yang kita ketahui, bahwa sebagian besar ibu-ibu adalah kunci yang memegang keuangan rumah tangga,” ungkap Corporate Communications Lead Flip, Reza Marta Fawzy, dalam kesempatan yang sama.
Menurut dia, ketika pemahaman mengenai literasi keuangan pada ibu rumah tangga sudah terealisasi, maka skema penggunaan uang akan lebih efisien. Misalnya, menggunakan Flip biaya admin untuk transfer antarbank tak dipungut lagi, itu bisa dikumpulkan untuk membeli beras sampai menabung biaya kebutuhan sekolah anak.
“Ke depannya, kita harapkan ibu-ibu bisa kita kumpulkan lagi di tempat ini, ada enam sesi lagi dengan topik yang berbeda. Kami ingin dampaknya tidak hanya sekali, tapi berkelanjutan. Flip juga gencar gaungkan ‘Flip Wujudkan Hematmu’,” papar Reza lagi.