Sabtu 13 Aug 2022 08:20 WIB

Ilmuwan Ciptakan Pemanis Buatan Rendah Kalori dan Baik untuk Usus

Pemanis buatan dibuat untuk mendorong pertumbuhan bakteri baik pada usus.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Pemanis buatan dibuat untuk mendorong pertumbuhan bakteri baik pada usus.
Foto: Needpix
Pemanis buatan dibuat untuk mendorong pertumbuhan bakteri baik pada usus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry melihat potensi manfaat prebiotik dari pemanis buatan. Mereka merancang pemanis rendah kalori yang bisa mendorong pertumbuhan bakteri usus yang bermanfaat.

Mikrobioma usus yang sehat atau bakteri bermanfaat yang hidup di usus membantu menjaga kesehatan tubuh, termasuk metabolisme dan respons imun. Mikrobioma usus dapat dipengaruhi oleh pengaturan pola makan dan asupan nutrisi yang baik.

Baca Juga

Para ilmuwan dalam studi khusus tersebut menguji pemanis buatan rendah kalori dengan bahan tertentu. Setelah evaluasi, diketahui pemanis itu punya dampak positif pada mikrobioma usus. Pemanis menggabungkan mogrosida yang dimodifikasi dengan enzim dan galaktooligosakarida (GOS), sejenis gula yang ditemukan dalam produk susu, beberapa sayuran akar, dan kacang-kacangan.

Para peneliti mengevaluasi kombinasi tersebut karena GOS memiliki sifat prebiotik, yang menguntungkan mikroorganisme yang berada di inang manusia. Selain itu, GOS juga rendah kalori. Menggabungkan faktor-faktor ini, secara teori, akan mengurangi asupan gula dan menambah manfaat kesehatan dari pemanis.

Tim lantas mempelajari pemanis buatan yang mereka racik tersebut, melihat manfaat prebiotik dan rasa manisnya dibandingkan dengan gula biasa. Pertama, mereka menggunakan kotoran manusia secara in vitro (mengecek kultur suatu sel, jaringan, atau bagian organ tertentu di laboratorium). 

Tujuannya, untuk melihat pertumbuhan bakteri usus ketika pemanis digunakan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Mereka menemukan bahwa pemanis mendorong pertumbuhan beberapa jenis bakteri usus yang bermanfaat, termasuk Bifidobacterium, Enterococcus, Bacteroides, dan Clostridium coccoides.

Untuk mengevaluasi rasa manis, peneliti bekerja dengan sekelompok panelis sensorik terlatih yang membandingkan pemanis dengan gula. Mereka menemukan bahwa pemanis tersebut memiliki rasa manis yang sebanding dengan gula, yang menunjukkan bahwa pemanis dapat menjadi alternatif enak.

Meski menawarkan data yang menarik, tetapi area tersebut memang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Pertama, para peneliti melihat pertumbuhan bakteri secara in vitro, yang berarti bahwa penelitian lebih lanjut perlu melibatkan interaksi manusia yang dapat memengaruhi atau mengubah hasil. Jumlah dan rekomendasi diet dari komponen pemanis juga perlu dievaluasi.

Penulis studi Javier Moreno mengatakan bahwa produk yang mereka ciptakan adalah calon pemanis prebiotik baru yang menjanjikan. Menurut pria yang juga peneliti senior di Dewan Riset Nasional Spanyol itu, pemanis menggabungkan rasa manis dan fungsionalitas serat prebiotik.

"Studi ini memberikan teknologi inovatif untuk menghasilkan pemanis generasi baru yang dapat memenuhi permintaan konsumen tentang pencarian alternatif gula sederhana, sesuai dengan rekomendasi WHO untuk mengurangi asupan gula gratis hingga kurang dari 10 persen dari total asupan energi," kata Moreno.

Ahli nutrisi yang tidak terlibat dalam penelitian, Brian Power, berpendapat bahwa bidang penelitian ini sangat baru tetapi tampaknya menjanjikan bagi banyak orang.

"Efek yang diamati dalam penelitian ini tampaknya sesuai dengan bukti sebelumnya.  Sebagai inovasi nutrisi yang diusulkan, ia menawarkan solusi yang menjanjikan bagi konsumen, pembuat kebijakan, layanan kesehatan, dan juga produsen makanan," ungkap Power, dikutip dari laman Medical News Today, Sabtu (13/8/2022).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement