Sabtu 13 Aug 2022 10:36 WIB

Dede Yusuf Nilai Banyak Negara Iri pada Indonesia karena Pariwisatanya

Sektor pariwisata merupakan sektor ke-4 teratas yang memberikan devisa buat negara.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Dede Yusuf Nilai Banyak Negara Iri pada Indonesia karena Pariwisatanya (ilustrasi).
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Dede Yusuf Nilai Banyak Negara Iri pada Indonesia karena Pariwisatanya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dr. H. Dede Yusuf Macan Effendi mengatakan, saat ini pariwisata adalah andalan Indonesia. Karena tak banyak negara yang seperti Indonesia. Kondisi alam demografi Indonesia merupakan anugerah yang mendukung terhadap kemajuan pariwisata.

Hal tersebut diungkapkan Dede dihadapan ribuan mahasiswa baru Poltekpar NHI Bandung, saat menjadi salah satu pembicara saat diskusi Panel "Wonderful People, Wonderful Tourism for Wonderful Indonesia" di Kampus Poltekpar NHI Bandung, Jumat petang (12/8/2022).

Baca Juga

"Tak banyak negara yang dilewati khatulistiwa. Indonesia adalah salah satunya. Di kita hanya mengenal dua musim, yakni musim hujan dan kemarau. Kedua musim ini dinilai aman untuk masyarakat melakukan kunjungan ke destinasi wisata," ujar Dede.

Menurut Dede, cuaca Indonesia Berbeda dengan di negara yang memiliki 4 musim. Dede mencontohkan saat musim dingin atau musim salju yang cuacanya minus 10 derajat, tak ada wisatawan yang mau berbondong-bondong pergi ke destinasi wisata karena cuacanya sangat dingin.

Begitu juga sebaliknya, kata dia, ada di sebuah negara yang saat musim panas, panasnya hingga di atas 40 derajat. Kondisi ini, tidak memungkinkan warga atau turis untuk berwisata.

"Tapi tidak di Indonesia. Baik saat musim hujan dan kemarau, dua musim ini sangat bersahabat dengan wisatawan, kapanpun wisatawan bisa berwisata. Ini kelebihan Indonesia. Makanya banyak yang iri ke Indonesia," paparnya.

Menurutnye, sektor pariwisata merupakan sektor ke-4 teratas yang memberikan devisa buat negara ini. Yakni, dengan pendapat sekitar Rp 150 triliun setelah minyak, gas, dan kelapa sawit.

Dede menilai, jika sektor pariwisata disatukan dengan ekonomi kreatif maka akan menjadi sektor penyumbang devisa nomor satu, yakni bisa memberi devisa sekitar Rp 300 triliun.

"Oleh sebab itu, saya mengharapkan mahasiswa Poltekpar NHI Bandung untuk terus meningkatkan kemampuannya. Saya berpesan agar kalian selalu mengembangkan kreativitas," katanya. 

Karena, kata dia, dalam sektor pariwisata pun butuh kreativitas dan yang kreatif itu memang laku di pasaran. Namun, kunci masa depan pariwisata adalah pemerintah harus berpihak pada pariwisata. Jangan malah sebaliknya melemahkan dan membuat wisatawan tak datang ke destinasi wisata.

"Misalnya baru-baru ini pemerintah mau menaikan tarif ke Pulau komodo berkali-kali lipat. Hal ini yang kami terus tekan, bahkan kami memprotesnya. Bagaimana turis akan datang jika tiket masuknya saja mahal. Akhirnya setelah kita lobi kenaikan tarif ini dipending," paparnya.

Selain itu, kata Dede selama dua pandemi, sektor pariwisata termasuk sektor yang terdampak. Makanya setelah dua tahun ada pemulihan ekonomi sektor pariwisata juga adalah sektor yang didahulukan untuk ditingkatkan pascapandemi.

"Kami dan Kemenparekraf mencoba memberi berbagai stimulus kepada para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement