REPUBLIKA.CO.ID,TAIPEI -- Kementerian Luar Negeri Taiwan mengungkapkan "terimakasih tulus" pada Amerika Serikat (AS) atas "tindakan konkrit" untuk menjaga keamanan dan perdamaian di Selat Taiwan dan kawasan. Hal ini disampaikan dalam pernyataan, Sabtu (13/8/2022).
Pernyataan ini disampaikan sebagai respon dari koordinator Indo-Pasifik AS Kurt Campbell. Pada Jumat (12/8/2022) kemarin Campbell mengatakan reaksi Cina pada kunjungan ketua House of Representative AS Nancy Pelosi "berlebihan".
Dalam pernyataannya kementerian mengatakan intimidasi ekonomi dan militer tanpa provokasi Cina telah memperkuat persatuan dan daya tahan kemah demokrasi global.
Pada Kamis (11/8/2022) lalu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ancaman Cina tidak berkurang. Walaupun latihan militer terbesar Cina di sekitar Taiwan usai kunjungan Pelosi pekan lalu mulai menurun.
Sebelumnya dilaporkan Cina memperingatkan Amerika Serikat bisa meningkatkan kehadiran militernya di Selat Taiwan. "Kami akan waspada terhadap AS yang mengambil keuntungan dari situasi lintas selat untuk meningkatkan pengerahan militer dan mencoba menciptakan krisis yang lebih besar," kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Ia menuduh Washington melakukan "tiga kesalahan besar" termasuk sangat mencampuri urusan dalam negeri China, memaafkan dan mendukung pasukan 'kemerdekaan Taiwan', dan dengan sengaja merusak perdamaian di Selat Taiwan.
Pelosi berkunjung ke Taiwan pada 2 dan 3 Agustus 2022, meskipun Beijing telah memperingatkan bahwa pulau itu adalah provinsi yang memisahkan diri? dan bahwa kunjungannya akan melanggar Kebijakan Satu China yang dianut negara itu.
Segera setelah Pelosi meninggalkan Taipei, Beijing meluncurkan latihan militer besar-besaran pada 4 Agustus yang berakhir pada Rabu (10/8/2022).
Beijing juga memberi sanksi kepada Pelosi dan keluarga dekatnya atas perjalanan itu, mengesampingkan dialog militer dengan AS, serta menangguhkan kerja sama di bidang perubahan iklim, di samping enam "tindakan balasan" lainnya.