Sabtu 13 Aug 2022 19:40 WIB

Keutamaan Mencintai Anak Yatim

Rasulullah adalah nabi yang dilahirkan dalam keadaan yatim.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Ratusan anak yatim mengikuti buka puasa bersama. (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ratusan anak yatim mengikuti buka puasa bersama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan pemeluknya mengasihi manusia yang sejak kecil sudah ditinggal wafat orang tuanya, yaitu anak yatim. Tak seperti anak-anak pada umumnya, anak yatim tidak mendapatkan kasih sayang sang ayah. Kemudian sang ibu harus lebih keras bekerja menghidupi si anak. Bahkan, ada anak yatim yang sudah banting tulang untuk menghidupi keluarga karena sang ibu yang sakit, misalnya.

Bayangkan, di usia yang seharusnya diisi dengan bermain bersama teman sebaya, si anak yatim sudah harus mengalami kehidupan keras. Me reka dituntut menjadi dewasa sejak kanak-kanak. Anak yatim mungkin terlihat tegar dan kuat menghadapi dan mengalami tantangan hidup, tapi siapa yang tahu isi batin mereka, yang mungkin saja kosong rasa cinta kepada sang ayah.

Baca Juga

Karena itulah, Allah memerintahkan semua orang untuk memperhatikan dan mengasihi anak yatim. Dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 220, Allah mengharuskan semua orang mengurus urusan anak yatim secara patut dan baik. Dalam ayat lain, Allah menyindir mereka yang jahat terhadap anak yatim. Dalam surah al-Ma'un, Allah menyebut mereka yang meng hardik yatim dengan sebutan mendustakan agama atau yukadzibu bid din. Dua nash ini merupakan penegasan Allah, bersungguh-sungguhlah mem bantu anak yatim dan jangan mengabaikan mereka.

Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mencintai anak yatim. Terlebih, Rasulullah adalah nabi yang dilahirkan dalam keadaan yatim. Bahkan, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah lebih memilih menyebut dirinya sebagai yatim.

Dalam kitab Durratun Nashihin,Syekh Utsman bin Hasan bin Abmad as-Syakir al- Khuwairy menjelaskan, hadis riwayat Anas bin Malik tentang Rasulullah yang menjumpai seorang anak yatim yang bersedih ketika hari raya.Singkat kisah, Rasulullah kemudian me ra wat anak yatim tersebut dengan penuh kasih sayang.

Rasul membawa anak yatim itu pulang dan memberikannya pakaian, makanan, dan menghias serta memberinya wewangian. Se hingga, anak yatim tersebut senang dan bangga karena mendapatkan kasih sayang Rasulullah dan keluarganya. Setelah Rasulullah wafat, anak yatim tersebut diasuh oleh sahabat Abu Bakar.

Rasulullah SAW pun telah memberi tahu tentang keutamaan mengasihi anak yatim.Seperti dalam Musnad Ahmad terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan Abi Umamah, yang menjelaskan tentang balasan bagi orang yang berbuat baik kepada anak yatim. Dalam hadis itu rasul menyebutkan bahwa orang yang berbuat baik pada anak yatim akan bersama rasul di surga dengan dekat dua jari.

Sungguh beruntung mereka yang dekat dengan Rasulullah. Sudah pasti orang itu akan mudah mendapatkan pertolongan (syafaat)dari Rasulullah saat dosa akan membe ban kannya menuju siksa dan neraka.

Karena itu, para ulama pun sangat mencintai anak yatim. Lebih-lebih pada momentum bulan Muharram. Abu al-Laits Assamarqandi dalam kitab Tanbihul Ghafilin bi Ahaditsi Sayyidil Anbiya wal Mursalinmenulis bahwa dengan mengusap kepala anak yatim (mengasihi) pada hari Asyura maka seseorang akan di angkat derajatnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement