Sabtu 13 Aug 2022 21:17 WIB

Air Minum dalam Kemasan Galon Ganggu Janin? Ini Kata Dokter Spesialis

Rencana labelisasi BPA air minum dalam kemasan isi ulang galon picu pro kontra

Ilustrasi galon air minum dalam kemasan (AMDK). Rencana labelisasi BPA air minum dalam kemasan isi ulang galon picu pro kontra
Foto: Istimewa
Ilustrasi galon air minum dalam kemasan (AMDK). Rencana labelisasi BPA air minum dalam kemasan isi ulang galon picu pro kontra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pro dan kontra bahaya kesehatan mengonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) galon karena mengandung Bisfenol A (BPA) sempat membuat masyarakat khawatir.      

Menanggapi hal itu, dokter spesialis obstetri dan ginekologi sekaligus Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Jawa Barat, Dr Muhammad Alamsyah Aziz, SpOG (K), KIC, MKes, mengatakan hingga saat ini belum ada laporan kasus gangguan kesehatan pada ibu hamil maupun kepada janin yang berkaitan dengan konsumsi AMDK guna ulang atau galon berbahan Polikarbonat. Hal ini juga sejalan dengan penelitian pakar yang menyebutkan bahwa tingkat migrasi BPA dalam kemasan galon sangat kecil.  

Baca Juga

“Jadi, sampai saat ini Bisfenol yang ditemukan di dalam air akibat migrasi dari kemasannya itu sangat rendah sekali. Masih dalam batas ambang aman, baik itu yang sudah dikeluarkan BPOM dan WHO. Baik itu data-data yang kita temukan,1000 kali lebih aman dibanding batas ambang. Jadi, jangan khawatir untuk mengkonsumsi air dari galon,” ujar Muhammad Alamsyah Aziz, Sabtu (13/8/2022) dalam keterangan tertulisnya. 

Sementara itu, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP juga mengatakan bahwa hingga saat ini bahan Bisfenol A yang terdapat dalam kemasan plastik polikarbonat tidak terbukti menyebabkan kanker. Untuk itu, dia meminta agar masyarakat tidak perlu panik dan takut untuk mengkonsumsi AMDK galon.  

“Saya harap tidak perlu khawatir, karena BPA yang ada di air kemasan itu buktinya masih sangat lemah untuk bisa menyebabkan kanker. Jadi, masyarakat belum perlu khawatir atau tidak perlu khawatir saat ini,” katanya.  

Dia mengatakan isu ini hanya memunculkan kepanikan saja di masyarakat. “Yang ada katanya, dilakukan percobaan pada tikus, di mana tikusnya benar-benar diberi makan BPA. Tapi sebuah penelitian,  awalnya itu juga tidak sampai begitu, memberikan langsung BPA ke hewan percobaan,” tukasnya.  

Malah, dia menyarankan salah satu kiat untuk mencegah kanker itu adalah dengan  minum air putih yang cukup. Dia juga mememinta agar masyarakat  rajin melakukan gaya hidup sehat seperti berolah raga dan makan makanan bergizi. 

Di tempat terpisah, Dosen Biokimia dari Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor (IPB), Syaefudin, PhD, mengungkapkan bahwa BPA yang tidak sengaja dikonsumsi para konsumen dari kemasan pangan akan dikeluarkan lagi dari dalam tubuh. Karena, menurutnya, BPA yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh itu akan diubah di dalam hati menjadi senyawa lain sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urine.  

“Jadi sebenarnya, kalau BPA itu tidak sengaja dikonsumsi oleh kita tubuh kita. Misalkan dari air minum dalam kemasan yang mengandung BPA. Tapi, ketika dikonsumsi, yang paling berperan itu adalah hati. Ada proses glukorodinase di hati, di mana ada enzim yang mengubah BPA itu menjadi senyawa lain yang mudah dikeluarkan tubuh lewat urine,” katanya.   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement