REPUBLIKA.CO.ID, Teheran, IRNA – Penasihat tim perunding Iran dalam pembicaraan Wina bereaksi terhadap berita tentang serangan terhadap Salaman Rushdi, dan upaya pembunuhan terhadap John Bolton, tepat sebelum kemungkinan perjanjian nuklir, dan mengatakan itu adalah berita aneh.
"Saya tidak akan meneteskan air mata untuk seorang penulis yang menyemburkan kebencian & penghinaan tanpa akhir terhadap Muslim & Islam. Seorang pion sebuah negara yang menyamar sebagai novelis Postkolonial," cuit Marandi.
"Tapi, bukankah aneh bahwa ketika kita mendekati kesepakatan nuklir potensial, AS membuat klaim tentang pukulan terhadap Bolton. Dan kemudian ini terjadi?," tambahnya.
Menurut Associated Press, Salman Rushdie telah diserang di atas panggung di sebuah acara di negara bagian New York.
Salman Rushdie, penulis yang murtad dari Book of Satanic Verses, diserang ketika dia berada di New York.
Seorang reporter Associated Press menyaksikan seorang pria menyerbu panggung di Chautauqua Institution dan mulai meninju atau menikam Rushdie saat dia diperkenalkan. Penulis dibawa atau jatuh ke lantai, dan pria itu ditahan.
Rushdie adalah penulis “The Satanic Verses”, sebuah novel penghujatan tentang Islam yang diterbitkan pada tahun 1988.
Buku itu memicu kemarahan umat Islam, yang memuncak dalam sebuah fatwa oleh Imam Khomeini, pendiri Republik Islam, yang menyerukan kematian Rushdie.
Tuduhan Amerika ke Iran Soal John Bolton
Seperti diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat telah menghukum seseorang yang dituduhnya sebagai agen Iran yang mencoba membunuh John Bolton, mantan Penasihat Keamanan Nasional di Amerika Serikat. Agen tersebut, era Presiden Donald Trump. Amerika menuding orang tersebuat adalah anggota Korps Garda Revolusioner Islam di Iran.
Namun saat sekarang meski sempat jadi penasihat utamanya, belakangan Trump kesal dengan Bolton yang terlalu hawkish dalam kebijakan luar negerinya.
Dilaporkan BBC, Kamis (11/8/2022), sosok pelaku yang mencoba membunuh Bolton itu bernama Shahram Poursafi (45 tahun). Dia diduga ingin balas dendam atas kematian Qasem Soleimani yang tewas karena serangan drone AS yang diperintahkan Donald Trump.
Namun, juru bicara pemerintah Iran membantah tudingan percobaan pembunuhan terhadap John Bolton.
Kementerian Kehakiman AS menyebut Poursafi (juga dikenal dengan nama Mehdi Rezayi), mencoba membayar orang sebesar US$ 300 ribu (Rp 4,4 miliar) untuk melaksanakan pembunuhan di Washington DC atau Maryland.
Poursafi disebut mencoba melakukan hal tersebut pada 2021. Kementerian Kehakiman AS berkata ancaman pembunuhan dari Iran bukanlah hal baru.