Ahad 14 Aug 2022 11:21 WIB

Satgas Soroti Cakupan Vaksinasi Booster tak Signifikan Seperti Dosis 1 dan 2

Secara data cakupan vaksinasi booster belum meningkat signifikan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: tangkapan layar
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyoroti belum signifikannya cakupan vaksinasi dosis ketiga atau booster. Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, laju vaksinasi booster belum signifikan dibandingkan dosis pertama dan kedua.

"Namun nyatanya secara data cakupan vaksinasi booster belum meningkat signifikan dibanding laju vaksinasi dosis pertama dan kedua terhitung dari suntikan pertama dosis pertama secara nasional," kata Wiku dikutip dari laman resmi Covid19.go.id, Ahad (14/8/2022).

Baca Juga

Wiku menjelaskan, padahal untuk membentuk dan mempertahankan kadar antibodi efektif mencegah infeksi, pemberian dosis vaksin lanjutan harus tepat waktu. Khususnya booster yaitu enam bulan pasca penyuntikan dosis kedua. Karenanya, kata Wiku, perlu ada penyesuaian strategi vaksinasi Covid-19 yaitu mempercepat pemerataan cakupan vaksinasi dosis terlengkap agar mencapai kekebalan optimal.

Apalagi di tengah kenaikan kasus Covid-19 beberapa waktu terakhir. Di satu sisi populasi yang tidak bisa divaksin karena alasan kesehatan akan makin terancam keselamatannya. "Saat ini, tugas kita bukan sekadar memastikan diri sendiri sudah divaksinasi lengkap namun juga orang di sekitar kita. Karena tujuan utama kita adalah membentuk kekebalan kolektif bukan individual," ujar Wiku.

Kementerian Kesehatan juga telah mengumumkan hasil Sero Survei ketiga yang dilakukan secara nasional pada 100 kab/kota terpilih yang sama dengan sampel untuk Sero Survei yang dilakukan akhir tahun lalu. Dari hasil tersebut, kekebalan komunitas pada sampel meningkat mencapai 98,5 persen yang menandakan kekebalan komunitas secara nasional rata-rata pun meningkat.

Menurut Wiku, peningkatan ini terjadi karena riwayat vaksinasi atau infeksi sebelumnya. Dia menjelaskan, dalam studi juga ditemukan bahwa semakin lengkap dosis vaksin yang diterima maka semakin tinggi kadar antibodi atau kekebalan yang dimiliki seseorang.

"Hal ini justru semakin menguatkan urgensi untuk terus menerus meningkatkan cakupan vaksinasi bahkan seharusnya sampai ke titik optimal yaitu cakupan booster setinggi-tingginya," ujarnya.

Untuk itu, dia kembali mengingatkan semua pihak untuk meningkatkan cakupan vaksin booster. Menurutnya, diperlukan proteksi berlapis mulai dari perilaku hidup bersih dan sehat, protokol kesehatan dan juga vaksinasi.

"Kembali kami ingatkan, vaksinasi bukanlah obat yang membuat kita kebal dari penularan. Ini kelihatan dari data bahwa lima daerah penyumbang kasus tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Bali memiliki cakupan vaksinasi booster yang tidak jauh dari rata-rata nasional bahkan lebih tinggi," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement