REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 meminta seluruh kepala daerah baik gubernur, wali kota dan bupati kembali menggalakkan pengawasan kedisiplinan protokol kesehatan terutama di tempat umum dan pemukiman warga. Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan alasannya, yaitu karena positivity rate di Indonesia mengalami kenaikan signifikan dalam lima pekan terakhir, dari 5,12 persen menjadi 10,05 persen atau naik hampir dua kali lipat.
"Jika dibandingkan dengan saat puncak Omicron lalu, dalam 5 minggu kenaikan hampir 17 persen. Sedangkan saat puncak Delta lalu kenaikan 9 persen. Artinya, kenaikan positivity rate kali ini masih lebih rendah dibanding saat puncak Omicron dan Delta," kata Wiku dikutip dari laman resmi Covid-19.go.id, Ahad (14/8/2022).
Namun demikian kata Wiku, kondisi harus tetap diwaspadai karena positivity rate sudah di atas 10 persen. Menurut Wiku, angka positivity rate ini merefleksikan kenaikan kasus positif di tengah masyarakat. Jumlah kelurahan/desa yang dipantau dalam satu bulan terakhir mulai terlihat menaik meski angka masih belum signifikan.
Dari total 80 ribu desa dan kelurahan di Indonesia, kata Wiku, di minggu ini hanya dua ribu (2,5 persennya) yang dipantau kedisiplinan protokol kesehatannya.
Selain itu, Wiku juga kembali mendorong pemerataan cakupan vaksinasi dosis terlengkap agar mencapai kekebalan optimal. "Saat ini, tugas kita bukan sekadar memastikan diri sendiri sudah divaksinasi lengkap namun juga orang di sekitar kita. Karena tujuan utama kita adalah membentuk kekebalan kolektif bukan individual," ujar Wiku.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan telah mengumumkan hasil Sero Survei ketiga yang dilakukan secara nasional pada 100 kab/kota terpilih yang sama dengan sampel untuk Sero Survei yang dilakukan akhir tahun lalu. Menurut Wiku, dari hasil tersebut ditemukan fakta bahwa kekebalan komunitas pada sampel yang diambil meningkat mencapai 98,5 persen. Dari situ diasumsikan kekebalan komunitas secara nasional rata-rata pun meningkat. Peningkatan ini terjadi karena riwayat vaksinasi atau infeksi sebelumnya.
Dalam studi ini juga ditemukan bahwa semakin lengkap dosis vaksin yang diterima maka semakin tinggi kadar antibodi atau kekebalan yang dimiliki seseorang. "Namun nyatanya secara data cakupan vaksinasi booster belum meningkat signifikan dibanding laju vaksinasi dosis pertama dan kedua terhitung dari suntikan pertama dosis pertama secara nasional," ujar Wiku.