REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan Alquran braille untuk penyandang difabel netra masih tinggi. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitulmaal Muamalat (BMM) berkolaborasi dengan UPZ Permata Bank Syariah mendistribusikan 100 Al-Quran Braille bagi para difabel netra di berbagai lokasi Jabodetabek beberapa waktu lalu.
Kegiatan seremonial penyerahan bantuan Alquran Braille tersebut dilaksanakan pada Rabu (3/8) lalu yang berlokasi di Yayasan Cahaya Al-Anshor, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor–Jawa Barat. Acara itu dihadiri Habibullah selaku Ketua UPZ Permata Bank Syariah, Novi Wardi selaku Direktur Eksekutif BMM, Ustadz Yogi Madsuni selaku Sekjen Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) dan Dedi Supriadi selaku Ketua Yayasan Cahaya Al-Anshor beserta para pendamping santri.
Sepuluh santri difabel netra Yayasan Al-Anshor menjadi perwakilan dalam pemberian Alquran Braille oleh Habibullah dan Novi Wardi. Dalam sambutannya, Dedi Supriadi mengapresiasi UPZ Permata Bank Syariah dan BMM atas bantuan Alquran Braille. “Semoga apa yang diberikan menambah semangat para santri dalam menghafal Al-Quran. Selain mengaji santri juga diajarkan berbagai kreativitas untuk menambah tingkat kepercayaan dirinya,” ujar dia lewat keterangan tertulis kepada Republika.co.id.
Kegiatan distribusi 100 Alquran Braille sendiri merupakan program BMM yang bertujuan untuk memfasilitasi para difabel netra agar dapat merasakan nikmatnya dekat dengan Alquran. Hal tersebut menjadi bukti bahwa keterbatasan fisik bukanlah sebuah hambatan untuk dapat berinteraksi dengan Alquran khususnya tilawah dan menghafal.
Novi Wardi berharap, kolaborasi antara BMM dan UPZ Permata Bank Syariah ini merupakan solusi untuk memberantas buta huruf Alquran di kalangan para difabel netra. “Semoga program distribusi seratus Al-Quran Braille ini mampu menjadi langkah awal untuk memfasilitasi para penyandang tunanetra dalam berinteraksi dengan Al-Quran dan semoga kerjasama antara BMM dan UPZ Permata Bank Syariah dapat terus berjalan lancar sehingga mampu memperluas kebermanfaatan untuk umat. Aamiin,”jelas dia.
Habibullah mengungkapkan, para penyandang difabel netra juga memiliki hak yang sama untuk dapat membaca bahkan menghafalkan Alquran. Hanya saja, biaya untuk membeli Alquran Braille tergolong cukup mahal sehingga menjadi kendala untuk mereka.
“Semoga program distribusi Alquran Braille ini menjadi solusi atas problematika yang dihadapi saudara kita penyandang tunanetra dan semakin luas jangkauan penerima manfaatnya,”ujar dia.
Program tersebut juga merupakan salah satu wujud komitmen untuk memberikan akses kepada para penyandang disabilitas agar dapat mempelajari Alquran. Hal tersebut, sebagai upaya dalam pemberantasan buta huruf Alquran yang mana sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) terutama poin ke-4; untuk mencapai pendidikan berkualitas.