Ahad 14 Aug 2022 18:13 WIB

Menteri ESDM Minta Industri Turunan Nikel Ditingkatkan

Pemerintah juga mendorong produksi olahan nikel melalui hilirisasi

Rep: Intan Pratiwi / Red: Nashih Nashrullah
Sebuah dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, belum lama ini.
Foto: FOTO: Antara/Basri Marzuki
Sebuah dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam lawatannya ke tambang nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, memberikan apresiasi terhadap PT Vale Indonesia (PT Vale) dalam pengelolaan tambang nikel di sana.

Rangkaian kunjungan kerja Menteri ESDM dimulai dengan melakukan peninjauan ke pabrik pengolahan hingga area tambang dan reklamasi.

Baca Juga

"Kami berikan penghargaan kepada manajemen PT Vale Indonesia yang telah terus berupaya mengoptimalkan pengolahan sumber daya kita, khususnya nikel, sehingga bisa menjadi salah satu leading (dalam pertambangan nikel)," ujar Arifin di sela-sela kunjungannya, Sabtu (13/8/2022).

Lebih lanjut, Arifin meminta kepada PT Vale untuk meningkatkan produksi olahan dari turunan nikel melalui hilirisasi, agar bisa memberikan nilai tambah yang lebih optimal serta meningkatkan investasi dan juga membuka lapangan pekerjaan yang masif bagi penduduk sekitar.

"Tadi kami sudah bicarakan dengan manajemen, bagaimana ke depannya indonesia juga bisa memiliki industri untuk memproduksi nikel powder. Nikel powder ini tidak banyak di dunia. Kita punya nikelnya, kenapa tidak sekaligus kita bikin dari core sampai purified nikel," ujar Menteri ESDM kepada jajaran PT Vale Indonesia.

PT Vale Indonesia saat ini sudah memiliki satu fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel di Sorowako dengan kapasitas 70 ribu ton nikel matte. 

Selain proyek eksisting tersebut, Vale merencanakan pembangunan tiga smelter baru. Pertama, fasilitas pengolahan nikel Reduction Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan perkiraan produksi sebesar 73 ribu ton dalam bentuk FeNi (feronikel) di Morowali, Sulawesi Tengah.

Kedua, proyek pembangunan pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa yang berlokasi di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara dengan potensi kapasitas produksi mencapai 120 ribu ton.

Proyek pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian Komoditas Nikel Terintegrasi dengan Penambangan di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara ini telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional.

Selanjutnya yang terakhir adalah rencana pembangunan pabrik HPAL yang merupakan proyek ekspansi smelter Sorowako dengan target kapasitas produksi sekitar 60 kilo ton nikel.   

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement