Senin 15 Aug 2022 08:18 WIB

Taliban Peringati Setahun Keberhasilan Kuasai Kembali Afghanistan

Negara Muslim dunia didesak mengakui pemerintshan Taliban di Afghanistan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Taliban memperingati satu tahun keberhasilan pengambilalihan Afghanistan.
Foto: AP Photo/Zabi Karimi
Taliban memperingati satu tahun keberhasilan pengambilalihan Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban memperingati satu tahun keberhasilan pengambilalihan Afghanistan. Tanggal 15 Agustus yang jatuh pada Senin ditetapkan sebagai hari libur nasional.

"(Tanggal) 15 Agustus adalah hari libur nasional di negara ini untuk menandai ulang tahun pertama kemenangan jihad Afghanistan melawan pendudukan Amerika dan sekutunya," kata Taliban dalam pengumuman singkatnya, Ahad (14/8/2022), dikutip laman Voice of America (VoA).

Baca Juga

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taliban Abdul Qahar Balkhi mengungkapkan, meski pemerintahan kelompoknya di Afghanistan terbilang baru, tapi mereka berhasil membawa keamanan bagi Afghanistan. Dia pun mengeklaim, Afghanistan telah mulai menapaki jalan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran.

Dia mengatakan, kementerian-kementerian di pemerintahan Taliban melakukan semua upaya yang mungkin dan telah secara efektif mengatasi tantangan ekonomi domestik. Tantangannya antara lain menstabilkan mata uang lokal dan menciptakan lapangan kerja.

“Sekarang adalah tugas negara-negara asing, khususnya Amerika Serikat (AS), untuk melakukan bagian mereka dalam meringankan penderitaan rakyat Afghanistan dengan mencabut semua sanksi ekonomi sepihak guna membiarkan sektor perbankan dan ekonomi berfungsi secara optimal,” kata Balkhi dalam sebuah wawancara khusus dengan VoA.

Balkhi mendesak negara-negara Muslim dan dunia pada umumnya untuk mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan. Menurutnya pengakuan itu perlu diberikan jika mereka benar-benar menghendaki Afghanistan mewujudkan potensi penuhnya sebagai mitra dalam perdamaian, stabilitas, serta kemakmuran.

Dia kemudian menyangkal kritik internasional terhadap pembatasan yang diberlakukan Taliban pada wanita. Balkhi pun mengeklaim tidak ada tindakan represif terhadap media atau kebebasan sipil di Afghanistan.

“Sama seperti kami tidak ikut campur dalam urusan internal orang lain, kami juga menuntut negara-negara lain untuk tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Afghanistan serta untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang-orang yang mencoba menyembuhkan secara organik setelah beberapa dekade resep yang dipaksakan asing," ucap Balkhi.

Taliban berhasil merebut kembali kekuasaan di Afghanistan pada Agustus tahun lalu. Kala itu mereka tak menghadapi perlawanan apa pun dari pasukan pemerintah sebelumnya yang dilatih AS. Hal tersebut memungkinkan para anggota Taliban merangsek memasuki ibu kota, Kabul, pada 15 Agustus. Sebelum ke Kabul, Taliban sudah menguasai sebagian besar wilayah di Afghanistan.

Pasukan AS dan sekutunya kemudian memutuskan hengkang dari Afghanistan setelah beroperasi di sana selama hampir 20 tahun. Sebelumnya pasukan AS merupakan sekutu utama pemerintahan Afghanistan dalam memerangi Taliban. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement