Rabu 17 Aug 2022 21:29 WIB

Krisis Energi Eropa, Winter Is Coming

.Negara-negara Eropa mulai merencanakan pembatasan penggunaan energi.

Red: Joko Sadewo
Imbas dari perang Rusia-Ukraina, Rusia membatasi pasokan gas mereka ke eropa. Ini merupakan balasan atas sanksi yang diberikan negara eropa kepadanya.
Foto: AP/Vadim Ghirda
Imbas dari perang Rusia-Ukraina, Rusia membatasi pasokan gas mereka ke eropa. Ini merupakan balasan atas sanksi yang diberikan negara eropa kepadanya.

Oleh : Esthi Maharani, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Perang Rusia di Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda memberikan kekhawatiran krisis energi yang semakin nyata. Terlebih lagi musim musim dingin sudah di depan mata. Eropa patut khawatir wilayahnya menjadi gelap, suhu lebih dingin, dan kurang produktif pada musim dingin tahun ini karena ketergantungan pada gas Rusia sangatlah tinggi yakni 40 persen.

Perusahaan energi milik pemerintah Rusia, Gazprom mengumumkan akan memangkas pasokan gas alam lewat pipa Nord Stream hingga 20 persen dari kapasitas. Gazprom mengungkapkan, mereka bakal memangkas suplai gas menjadi 33 juta meter kubik per hari mulai 27 Juli 2022. Gazprom beralasan, langkah itu diambil karena adanya perbaikan peralatan. Langkah Gazprom ini diperkirakan akan membuat krisis suplai gas di Eropa kian dalam. Bahkan, kini, Rusia telah membatasi pasokan gas ke 12 negara anggota Uni Eropa sebagai pembalasan atas sanksi yang telah dikenakan blok tersebut atas perang di Ukraina.

Tak berapa lama, demi upaya lepas dari ketergantungan gas dan penerapan sanksi pada Rusia, negara-negara anggota Uni Eropa (UE) juga sepakat untuk mengurangi permintaan gas mereka sebesar 15 persen dibandingkan dengan konsumsi rata-rata mereka dalam lima tahun terakhir, antara 1 Agustus 2022 dan 31 Maret 2023.

Alhasil, negara-negara di Benua Biru itu kini harus benar-benar menghemat energi. Masyarakat diminta menghemat gas mulai sekarang sehingga dapat tersedia cadangan untuk digunakan nanti di rumah-rumah, pabrik, dan pembangkit listrik. Sejumlah negara di Eropa telah mengeluarkan kebijakan khusus demi menghemat energi.

Jerman menjadi salah satu negara yang mendapatkan pasokan gas terbesar dari Rusia. Dengan pasokan yang menurun drastis, Jerman menjadi sangat rentan. Oleh karena itu, Jerman mulai menerapkan langkah-langkah penghematan energi di tengah kekhawatiran bahwa Rusia mungkin akan menghentikan pengiriman gas ke Eropa.

Di ibu kota Jerman, Berlin, pihak berwenang mengumumkan bahwa sekitar 200 monumen bersejarah dan landmark tidak akan lagi diterangi pada malam hari, termasuk Tugu Kemenangan Berlin, Katedral Berlin, dan Istana Charlottenburg.

Di kota selatan Munich, air panas dimatikan di gedung-gedung administrasi, dan membatasi suhu pemanasan maksimum hingga 19 derajat Celcius selama bulan-bulan musim dingin mendatang. Pemerintah setempat juga diminta untuk tidak memanaskan koridor dan ruangan yang jarang digunakan di gedung administrasi.

Sementara itu, kota Hanover telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi memanaskan kolam renang dengan gas, dan air panas akan dimatikan di pancuran kolam renang dan pusat rekreasi yang dikelola kota.

Anggota parlemen Jerman memberikan dukungan pada rencana untuk mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara demi menghemat gas. Jerman juga lebih dekat ke kebijakan penjatahan pasokan industri. Tindakan ini akan menjadi sebuah langkah yang akan memberikan pukulan besar ke jantung manufaktur ekonomi Jerman.

Selain Jerman, Belanda juga melakukan penghematan. Dengan kampanye “Flip the Switch” pemerintah Belanda mendesak warganya mandi tidak lebih dari lima menit, menggunakan pelindung matahari dan kipas angin sebagai pengganti AC.

Spanyol juga melakukan hal serupa. Kantor, toko dan tempat perhotelan tidak akan lagi diizinkan untuk mengatur suhu ruangan di bawah 27 derajat Celsius di musim panas atau menaikannya di atas 19 derajat Celsius di musim dingin.

Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez telah mengusulkan langkah hemat energi yang bisa dilakukan banyak pria. Dia meminta pejabat pemerintah dan orang-orang yang bekerja di sektor swasta untuk berhenti mengenakan dasi di tempat kerja. Berpakaian semiformal dianggap bisa membatasi penggunaan utilitas, seperti pendingin ruangan.

Begitu juga dengan Prancis yang khawatir dengan krisis energy akibat terpangkasnya suplai dari Rusia. Langkah penghematan energi di Prancis misalnya melengkapi bangunan dengan termostat, membatasi AC hanya jika suhu interior melebihi 26 derajat celcius, dan pemanas ruang digunakan hanya jika suhu di bawah 19 derajat celcius.

Selain itu peralatan atau perangkat listrik diminta tak dibiarkan dalam keadaan siaga, padamkan lampu jika tidak diperlukan, dan menggunakan carpooling atau sepeda untuk  bekerja.

Prancis bahkan mengadopsi langkah-langkah penghematan energi darurat untuk jangka waktu hingga lima tahun. Langkah-langkah ini mencakup pengalihan gas dari pembangkit listrik yang menghasilkan listrik ke jaringan pemanas untuk rumah tangga, dan bisnis, pembangunan terminal gas alam cair terapung sementara di pelabuhan Le Havre, dan pembukaan kembali sementara pembangkit listrik tenaga batu bara di Saint-Avold (Moselle) yang ditutup pada Maret 2022.

Kalaupun Eropa bisa melewati musim dingin tahun ini dengan pasokan gas yang minim dan belum ada alternative lain, bayangkan betapa beratnya musim dingin tahun-tahun mendatang jika kondisinya tidak berubah seperti sekarang.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement