Senin 15 Aug 2022 13:19 WIB

Jembatan Keramat di Kramat Kwitang, Trem Uap di Pasar Senen

Pada 140 tahun lalu, jalan-jalan ini masih hijau royo-royo karena dipenuhi pepohonan.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
Foto: network /Kurusetra
.

Jembatan Kramat. Jembatan Kramat hanya bertahan 10 tahun karena digusur ketika ada pelebaran Pasar Senen. Foto: Woodbury & Page
Jembatan Kramat. Jembatan Kramat hanya bertahan 10 tahun karena digusur ketika ada pelebaran Pasar Senen. Foto: Woodbury & Page

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Foto yang diabadikan fotografer Woodbury & Page pada tahun 1870-an adalah Jembatan Kramat, Jakarta Pusat. Jembatan ini merupakan bagian paling ujung dari pertokoan Pasar Senen. Keberadaan Jembatan Kramat tidak berlangsung lama karena pada tahun 1920-an dan 1930-an, ketika Pasar Senen diperlebar jembatan ini ikut tergusur.

Sementara sungai di bawah jembatan ditutup, dan kini merupakan sebuah taman di depan toko buku Gunung Agung. Pelebaran ini guna memperlancar lalu lintas kendaraan antara Ancol, Gunung Sahari di utara, Salemba, dan Meester Cornelis (Jatinegara) di selatan. Area yang Sedulur lihat dalam foto kini merupakan jalur keramat karena berada di persimpangan Jalan Parapatan, Jalan Kwitang, Jl Kramat Bunder, Jl Senen Raya, Jl Pasar Senen dan Jl Kramat Raya.

BACA JUGA: Cerita Gus Dur Makan Mie Instan di Jepang demi Ngirit Uang Saku

Kini jalan-jalan di atas tidak pernah sepi dari kemacetan. Baik pagi, siang dan malam hari. Padahal 140 tahun lalu, jalan-jalan ini masih hijau royo-royo karena dipenuhi pepohonan. Tampak di tengah jembatan jalan trem terdiri dari dua jalur.

Karena foto ini diabadikan tahun 1870-an, trem listrik belum nongol. Baru trem uap menggantikan trem kuda. Trem dari Senen menuju Jl Lapangan Banteng (depan Departemen Keuangan), terus ke Pasar Baru, Jl Veteran menyusur di depan Istana Merdeka dan gedung Harmoni (kini bagian dari Sekretariat Negara), Jl Hayam Wuruk-Jakarta Kota dan berakhir di Pasar Ikan untuk kemudian kembali ke Jatinegara.

BACA JUGA: Download GB WhatsApp (GB WhatsApp) Edisi Terbaru Agustus 2022 di Sini: Cepat, Mudah, dan Resmi

Di pingggir jembatan, yang lokasinya antara Jl Kwitang dan Jl Parapatan, penerangan jalan seperti juga di tempat lain di Ibu Kota kala itu masih menggunakan gas. Jembatan yang sudah ‘almarhum’ ini letaknya kira-kira di depan bioskop Grand (Kramat). Bioskop baru nongol di Jakarta awal abad ke-20.


Pasar Senen bersama Pasar Tanah Abang merupakan pasar tertua di Jakarta. Keduanya dibangun oleh Justinus Vinck, petinggi VOC yang memiliki tanah bejiibun di Weltevreden pada 175. Di Senen, Vinck membuka pasar yang terletak disudut bagian selatan dari tanah miliknya yang terletak di sebelah barat dari Groote Zyider Wet yang sekarang menjadi Jl Pasar Senen.

Pada saat bersamaan, ia juga membangun Pasar Tanah Abang. Waktu itu, antara kedua pasar ini dihubungkan dengan sungai. Dua tahun setelah kedua pasar diresmikan, untuk mempelancar arus barang kedua pusat perbelanjaan ini, Vinck membuka jalan dan jembatan (Jembatan Kramat) yang menghubungkan kedua pasarnya.

BACA JUGA: Demi Pasar Modern, Bangunan-Bangunan Bersejarah di Pasar Senen Dihancurkan

Jalan ini melewati Kampung Lima (sekitar Jakarta Theater dan Sarinah), Jembatan Parapatan sampai simpang Senen-Kramat. Inilah jalan pertama yang menghubungkan timur dan barat Batavia. Pasar Senen, pada 1749 mulai berkembang setelah digalinya sebuah terusan Kali Lio dari Grote Rivier (Kali Ciliwung). Terusan ini mengalir sepanjang kali Gunung Sahari-Anco-Tanjung Priok.

Seorang soldadu Belanda ketika pertama kali datang ke Batavia awal abad ke-20, menulis kesan-kesannya tentang Pasar Senen. ”Daerah ini cukup ramai. Letaknya tidak jauh dari tangsi (di dekat RSPAD Gatot Subroto). Di sisi kiri dan kanan jalan ditanami pepohonan. Pada salah satu sisinya terdapat vila-vila indah bercat putih kekuningan dengan teras terbuka, yang merupakan perumahan perwira berpangkat tinggi.”

BACA JUGA: Sejarah Hari Pramuka, Gerakan Kepanduan yang Dibentuk Raja Yogyakarta

Pada abad ke-18, gubernur jenderal Van der Parra membangun sebuah tempat peristirahatan di Senen, yang kini menjadi RSPAD Gatot Subroto. Pada masa Belanda RSPAD bernama Groot Militar Hospitaal sedangkan Jl dr Abdurahman Saleh tempat RS ini berada bernama Hospitaalweg).

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement