Senin 15 Aug 2022 13:55 WIB

Pengamat: Visi-Misi KIB Bisa Perkuat Demokrasi Indonesia

Pengamat politik menilai figur populis biasanya membawa politik identitas.

Red: Agus raharjo
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketum PPP Suharso Monoarfa saling jabat usai me-launcing visi dan misi Koalisi Indonesia Bersatu di Hotel Shangri-la, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (15/8/2022).
Foto: Istimewa
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketum PPP Suharso Monoarfa saling jabat usai me-launcing visi dan misi Koalisi Indonesia Bersatu di Hotel Shangri-la, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (15/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman menilai Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) jauh lebih maju dibandingkan partai lain atau koalisi lain yang sudah terbentuk. Menurutnya, KIB sudah siap bertarung untuk menguji ide dan gagasan mereka melalui visi dan misi yang di-launcing di Surabaya, Ahad (14/8/2022).

“Ide dan gagasan inilah yang seharusnya menjadi yang utama untuk diperjuangkan. Yang paling penting bahwa lewat ide dan gagasan ini kita tidak hanya memilih pemimpin yang memiliki konstituen besar, tetapi memilih pemimpin yang layak untuk memimpin Indonesia ke depan,” kata Airlangga Pribadi dalam keterangan, Senin, (15/8/2022).

Baca Juga

Ia menilai, pemaparan tentang visi dan misi KIB di Surabaya, bisa memperkuat demokrasi di negara ini. Ia berharap KIB ini bisa mempertemukan calon-calon presiden untuk diuji tentang kemampuan mereka serta visi dan misi mereka.

“Saya berharap KIB ini benar-benar mendorong pemimpin yang layak untuk memimpin negara ini. Saya juga berharap, ide, gagasan, dan rasionalitas yang menjadi visi dan misi KIB menjadi matahari kesadaran dari politik Indonesia,” tegas Airlangga Pribadi.

Ibaratnya, kata dia, ide dan gagasan KIB bisa menjadi pohon beringin yang meneduhkan dan mengakar kuat di bumi Indonesia. “Selanjutnya juga menjadi kiblat arah masa depan Indonesia,” ucapnya.

Bagi Airlangga Pribadi, dalam memilih figur calon presiden, masyarakat tidak boleh terjebak pada populisme. “Sisi positifnya, memang figur yang populis bisa menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat. Namun sisi negatifnya, calon populis ini biasanya membawa politik identitas,” ujarnya.

Airlangga Pribadi juga sangat menghargai pernyataan ketua parpol KIB yang bertekad menghilangkan politik identitas. Sebab, selama ini politik identitas hanya akan memecah belah Bangsa Indonesia. “Untuk itu penguatan ekonomi penting di sini, karena mereka yang memilih politik identitas ini sejatinya bukan kelompok miskin. Namun mereka adalah kelas menengah, yang kepentingan dan kebutuhannya terancam,” tegas Airlangga Pribadi.

“Saya yakin, dengan menghilangkan politik identitas, maka capres dari KIB nanti akan memiliki gagasan dan ide yang siap untuk bertarung di pilpres mendatang,” tambah Airlangga Pribadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement