REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Presiden China Xi Jinping akan bertolak ke Arab Saudi pekan ini. Sumber Saudi mengkonfirmasi pada Senin (15/8/2022) tentang kunjungan tersebut tanpa merinci tanggal.
Kunjungan ini akan menjadi perjalanan luar negeri pertama Presiden China sejak awal 2020. Dia diperkirakan akan mengunjungi Riyadh, Jeddah, dan kota besar Neom di pantai Laut Merah.
Sumber tersebut mengatakan bahwa kunjungan tersebut akan menyaksikan penandatanganan lebih banyak perjanjian ekonomi terutama energi dan ketahanan pangan. "Selain itu lebih banyak perjanjian di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan lain-lain akan dibahas," kata sumber yang tidak menyebutkan identitasnya itu dikutip laman Jerusalem Post, Senin.
Kunjungan tersebut juga diproyeksikan untuk teken kesepakatan oleh kerajaan untuk menjual minyak ke China dengan imbalan mata uang yuan, di samping perjanjian militer. Volume perdagangan antara kedua negara mencapai 87 miliar dolar AS pada 2021. Saudi menjadi pengekspor minyak terbesar ke China, melampaui Rusia.
China mengimplementasikan proyek infrastruktur di Arab Saudi senilai 40 miliar dolar AS pada 2014-2019. Kedua negara berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi melalui pertemuan Saudi. Sementara itu, profesor hubungan internasional Saudi, Ahmed al-Faraj menilai junjungan Xi ke Saudi jika terjadi bakal memiliki implikasi besar, terutama pada hubungan Amerika-Saudi.
"Kunjungan ini akan menjadi pesan yang jelas bahwa Arab Saudi memiliki sekutu strategis selain Amerika Serikat dan bahwa itu adalah negara kuat yang tidak dapat diatasi di Timur Tengah," katanya.
Menurutnya, Hubungan China-Saudi stabil. "Mereka tidak mengalami guncangan apa pun melainkan tumbuh setiap tahun karena China tidak mencari peran militer atau sabotase di kawasan itu, melainkan mencari investasi dan proyek ekonomi, dan memperlakukan Arab Saudi sebagai mitra sejati, yang sesuai dengan negara-negara Teluk," katanya.