Senin 15 Aug 2022 18:18 WIB

Perang 3 Hari Antara Jihad Islam Palestina dan Israel, ke Manakah Hamas?  

Jihad Islam Palestina meradang dengan pendudukan Israel yang merajalela.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
 Warga Palestina mencari di antara puing-puing sebuah bangunan di mana Khaled Mansour, seorang militan Jihad Islam terkemuka tewas menyusul serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, Minggu, 7 Agustus 2022. Serangan udara Israel menewaskan seorang komandan senior militan Palestina. kelompok Jihad Islam, kata pihak berwenang hari Minggu, pemimpin keduanya dibunuh di tengah meningkatnya konflik lintas batas.
Foto: AP/Yousef Masoud
Warga Palestina mencari di antara puing-puing sebuah bangunan di mana Khaled Mansour, seorang militan Jihad Islam terkemuka tewas menyusul serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, Minggu, 7 Agustus 2022. Serangan udara Israel menewaskan seorang komandan senior militan Palestina. kelompok Jihad Islam, kata pihak berwenang hari Minggu, pemimpin keduanya dibunuh di tengah meningkatnya konflik lintas batas.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Perang tiga hari antara Israel dan kelompok Jihad Islam Palestina di Gaza pekan lalu tidak bermula dari Gaza, meskipun warga Gaza kembali membayar harga terberat. 

Percikan dimulai di Tepi Barat, di Jenin, yang semakin dikuasai Hamas, gerakan perlawanan Islam yang menguasai Gaza, dan mitranya yang lebih kecil dan lebih militan, Jihad Islam Palestina. 

Baca Juga

Palestina, di bawah Presiden Mahmoud Abbas, semakin berkurang kendali dan pengaruhnya atas bagian-bagian Tepi Barat, termasuk dan terutama kamp-kamp pengungsi di Jenin, Tulkarem dan Nablus. Di kamp-kamp dan bagian lain Tepi Barat, Hamas dan kelompok Jihad Islam adalah wajah perlawanan bagi banyak orang Palestina yang kehilangan haknya.

Pasukan Pertahanan Israel meluncurkan "Operasi Pemecah Gelombang" pada Maret tahun ini untuk menahan dan menindak kelompok-kelompok bersenjata ini dan untuk mengganggu operasi kelompok Palestina di dalam Israel.

Kelompok Jihad Islam Palestina menyebut upaya militernya melawan Israel sebagai "Persatuan Medan Perang", sebuah referensi untuk menghubungkan aktivitas perlawanan Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem olehnya dan Hamas. Ini sudah menjadi strategi kedua faksi Gaza sejak perang Mei 2021 antara Gaza dan Israel.

"Tepi Barat adalah tempat perang gesekan yang berkelanjutan, dengan serangan harian dan operasi khusus oleh tentara Israel ke kota-kota dan desa-desa Palestina," kata Ahmed Melhem melaporkan dari Ramallah, dilansir Al Monitor, Ahad (14/8/2022). 

Perang Gaza tahun lalu dipicu keputusan Palestina untuk membatalkan pemilihan, yang diikuti keputusan Pengadilan Israel untuk mengusir empat keluarga Palestina dari Yerusalem timur dan penyerbuan kompleks Masjid Al Aqsa oleh pasukan keamanan Israel. Kerusuhan dan kekerasan bahkan menyebar ke komunitas Arab di Israel. 

Baca juga: Dulu Pembenci Adzan dan Alquran, Mualaf Andreanes Kini Berbalik Jadi Pembela Keduanya

 

Kali ini, percikan datang pada 2 Agustus, ketika pasukan Israel menangkap salah satu pemimpin Jihad Islam Palestina, Bassam Al-Saadi, yang diperlihatkan dalam video sedang diseret terluka dari rumahnya di kamp pengungsi Jenin. Jihad Islam memutuskan untuk menanggapi dari wilayah asalnya di Gaza. 

Dari 5-7 Agustus, Jihad Islam menembakkan 1.100 roket dan mortir ke Israel, dan militer Israel melakukan 147 serangan udara terhadap sasaran di Gaza. 

Menurut PBB 47 warga Palestina tewas, di antaranya 12 pejuang PIJ, dan 360 terluka. Kematian warga Palestina termasuk 15 anak-anak dan empat wanita, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. 

Di antara orang-orang Palestina yang terluka, 151 adalah anak-anak dan 56 wanita. Selain itu, 70 warga Israel terluka bersama dengan kerusakan bangunan di sepanjang perbatasan Gaza.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement