REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Produktivitas komoditas tebu di sentra pertanaman Desa Pasirbungur, Subang, Jawa Barat, tercatat naik 73 persen dari semula 60 ton per hektare (ha) menjadi 104 ton per ha. Naiknya produktivitas tercatat setelah petani mendapatkan pendampingan intensif penggunaan pupuk nonsubsidi lewat program Makmur BUMN.
Direktur Pupuk Kujang, Maryadi, menuturkan, dengan peningkatan produktivitas, pendapatan petani juga tercatat naik 72 persen dari semula hanya Rp 33 juta per ha menjadi Rp 57,2 juta per ha. Sementara, untuk rata-rata laba bersih naik dari Rp 7 juta per ha menjadi Rp 26,2 juta per ha.
Peningkatan pendapatan dan keuntungan diperoleh dengan harga jual yang sama sebesar Rp 550 ribu per ton. Adapun, program Makmur di Subang dijalankan pada lahan seluas 3.367 ha.
"Pupuk yang digunakan petani juga cukup satu jenis yakni NPK custom dengan komposisi 21-9-15 plus sulfur dan zinc sesuai dengan karakteristik wilayah," kata Maryadi di Subang, Jawa Barat, Senin (15/8/2022).
Program Makmur merupakan pendampingan kepada petani dari mulai permodalan, budidaya berkelanjutan, hingga penyerapan hasil panen. Dalam proses budidaya, petani menggunakan pupuk nonsubsidi secara tepat. Harga pupuk NPK yang digunakan dalam program tersebut mencapai Rp 12.075 per kg, atau jauh di atas rata-rata harga pupuk subsidi.
Ia menuturkan, peningkatan produktivitas menjadi bukti adanya hasil terhadap perbaikan komoditas tebu. Lebih jauh, peningkatan produktivitas diharap sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani tebu di Indonesia.
Selain melakukan pendampingan program Makmur di Subang, Maryadi mengatakan, perusahaan melakukan pendampingan di Cirebon seluas 795 ha dan Majalengka seluas 6.113 sehingga total 10.689 ha.
Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia, Nugroho Christijanto, mengatakan, perseroan menargetkan jangkauan program Makmur tahun ini sebanyak 250 ribu ha. Luasan lahan itu terdiri dari sejumlah komoditas. Namun, mayoritas merupakan lahan pertanian padi, jagung, dan tebu.
Direktur Utama Holding BUMN Pangan ID Food, Frans Marganda Tambunan, menjelaskan, dari target Makmur tahun ini sebanyak 250 ribu ha, ID Food akan menyerap hasil panen komoditas untuk lahan seluas 180 ribu ha.
"Paling banyak adalah lahan tebu seluas 110 ribu ha. Memang tebu yang terbesar baru diikuti padi dan jagung," kata Frans.
Ia menuturkan, harga beli tebu mengikuti harga acuan sebesar Rp 11.500 per kg. Frans mengatakan, ketika harga tebu sedang jatuh, perseroan akan tetap mengikuti harga acuan tersebut.
"Tentunya kita sesuaikan dengan kualitas dan mutu tebu, tentunya ada kesepakatan antara pabrik gula dan petani," ujar dia.