Selasa 16 Aug 2022 09:44 WIB

China Dilaporkan akan Kembali Gelar Latihan Militer di Sekitar Taiwan

China mengecam kunjungan anggota Kongres AS, karena melanggar prinsip "Satu China".

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 FILE - Dalam foto yang dirilis oleh Xinhua News Agency, seorang pembom H-6K militer China terlihat melakukan latihan, saat angkatan udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan patroli udara tempur di Laut China Selatan pada 23 November 2017 China menggelar latihan militer tembakan langsung di enam zona yang diumumkan sendiri di sekitar Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya sendiri.
Foto: AP/Wang Guosong/Xinhua
FILE - Dalam foto yang dirilis oleh Xinhua News Agency, seorang pembom H-6K militer China terlihat melakukan latihan, saat angkatan udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan patroli udara tempur di Laut China Selatan pada 23 November 2017 China menggelar latihan militer tembakan langsung di enam zona yang diumumkan sendiri di sekitar Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau yang diklaim Beijing sebagai wilayahnya sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- China dilaporkan akan menggelar latihan militer terbaru di sekitar Taiwan, menyusul kunjungan delegasi Kongres Amerika Serikat (AS) ke Taipei. China mengecam kunjungan anggota Kongres AS, karena melanggar prinsip "Satu China".

"China akan mengambil langkah tegas dan kuat untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial. Segelintir politisi AS, berkolusi dengan pasukan separatis kemerdekaan Taiwan, dan mencoba untuk menantang prinsip satu-China. Ini di luar jangkauan mereka dan pasti akan gagal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam briefing harian pada Senin (15/8/2022).

Baca Juga

Kementerian Pertahanan China sebelumnya mengatakan, latihan baru itu dimaksudkan sebagai tanggapan tegas dan pencegahan serius terhadap kolusi dan provokasi antara AS dan Taiwan. Tidak diketahui apakah latihan baru sudah dimulai, karena Kementerian Pertahanan tidak memberikan rincian informasi selanjutnya.

Menurut American Institute yang merupakan kedutaan de facto Washington di Taiwan, anggota parlemen AS yang dipimpin oleh Senator Demokrat Ed Markey dari Massachusetts, bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen, Menteri Luar Negeri Joseph Wu dan sejumlah legislator. Dalam pertemuan tersebut, Tsai mengatakan, pemerintah Taiwan bekerja sama dengan sekutu untuk memastikan stabilitas di Selat Taiwan, dan mempertahankan status quo.

“Invasi Rusia ke Ukraina awal tahun ini telah menunjukkan ancaman yang ditimbulkan oleh negara-negara otoriter terhadap tatanan global,” kata Tsai.

Markey menanggapi dengan mengatakan bahwa, Washington dan Taipei memiliki kewajiban moral untuk melakukan segala upaya dalam mencegah konflik yang tidak perlu. Menurut Markey, Taiwan telah menunjukkan pengendalian dan kebijaksanaan yang luar biasa selama masa-masa sulit.

Markey juga menyoroti undang-undang yang dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan politik dan ekonomi dengan Taiwan, terutama di industri semikonduktor yang kritis. Taiwan adalah penyedia chip komputer yang penting untuk ekonomi global. Krisis yang berkepanjangan di Selat Taiwan dapat memiliki implikasi besar bagi rantai pasokan internasional.

Markey adalah salah satu dari sedikit anggota Kongres yang menyetujui Undang-Undang Hubungan Taiwan 1979. Undang-undang ini untuk memastikan kelanjutan hubungan dengan Taiwan, menyusul peralihan pengakuan diplomatik AS dari Taipei ke Beijing. Markey mengutip undang-undang 1979 yang mengatakan bahwa, AS harus mempertahankan komitmennya untuk "membantu Taiwan menahan paksaan lintas-Selat" dan menghindari konflik.

Latihan militer China tersebut mendorong militer Taiwan waspada. Ketua Komite Pertahanan Luar Negeri dan Nasional legislatif Taiwan, Lo Chih-cheng, mengatakan, latihan militer China kali ini bertujuan untuk mencegah kunjungan anggota Kongres AS ke Taiwan. Menurut Lo, kunjungan anggota Kongres AS membuktikan bahwa China tidak dapat menghentikan kunjungan politisi dari negara manapun ke Taiwan.

“Kunjungan mereka kali ini membuktikan bahwa China tidak dapat menghentikan politisi dari negara mana pun untuk mengunjungi Taiwan, dan juga menyampaikan pesan penting bahwa rakyat Amerika berdiri bersama rakyat Taiwan,” kata Lo.

Seorang pejabat senior Gedung Putih tentang kebijakan Asia mengatakan pekan lalu bahwa China telah menggunakan kunjungan Pelosi sebagai alasan untuk meluncurkan kampanye tekanan intensif terhadap Taiwan.

Wakil asisten Presiden AS Joe Biden, Kurt Campbell mengatakan, AS akan mengirim kapal perang dan pesawat melalui Selat Taiwan dalam beberapa minggu ke depan. Selain itu, AS sedang mengembangkan peta jalan untuk pembicaraan perdagangan dengan Taiwan yang akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.

“China telah bereaksi berlebihan, dan tindakannya terus menjadi provokatif, tidak stabil, dan belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Campbell.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement