REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Umat Muslim Prancis diimbau untuk memanjatkan doa dan menggelar sholat Istisqa atau sholat sunnah yang dilakukan untuk meminta agar diturunkan hujan.
Hal ini dilakukan sebab Prancis dan negara-negara di Eropa lainnya tengah mengalami kekeringan terburuk yang terjadi dalam 500 tahun terakhir.
Kekeringan ini telah mempengaruhi Prancis dan negara tetangganya selama dua bulan terakhir sehingga negara-negara itu tanpa curah hujan yang signifikan di Eropa Barat, Tengah, dan Selatan.
Seperti dilansir Iqna.ir pada Selasa (16/8/2022) Presiden Dewan Prancis untuk Agama Muslim (CFCM) Rhone Alpes, Benaissa Chana, menyerukan agar masjid-masjid meluamhkan wakti untuk berdoa atau pun melaksanakan sholat Istisqa untuk meminta diturunkan hujan. Seruan itu sejatinya juga telah digaungkan Persatuan Masjid Prancis awal bulam ini.
“Air sangat penting untuk kehidupan, itu penting (elemen) untuk planet kita, baik untuk manusia maupun spesies dan makhluk lain. Tuhan bisa membuat segalanya menjadi mungkin. Dengan rahmat-Nya, kami dapat meminta kepada-Nya untuk memberi kami apa yang kami butuhkan (hujan), seperti yang diajarkan Nabi Islam (SAW) kepada kami,” kata Chana.
Istisqa merupakan salah satu ibadah sunnah yang dicontohkan Rasulullah SAW untuk meminta kepada Allah SWT agar diturunkan hujan.
Sementara itu, keterangan para ahli menyebua bahwa kekeringan yang mempengaruhi Eropa diperkirakan akan berlanjut.
Kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda hampir separuh Eropa. Ini merusak ekonomi pertanian, memaksa pembatasan air, menyebabkan kebakaran hutan, dan mengancam spesies air.
Tidak ada curah hujan yang signifikan selama hampir dua bulan di wilayah barat, tengah, dan selatan benua itu. Di Inggris yang biasanya hujan, pemerintah secara resmi mengumumkan kekeringan di bagian selatan dan tengah pada Jumat (12/8/2022).
Pengumuman itu menempatkan wilayah itu mengalami salah satu musim panas terpanas dan terkering yang pernah tercatat.
Periode kering Eropa diperkirakan para ahli, akan berlanjut dalam bisa menjadi kekeringan terburuk dalam 500 tahun.
Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa memperingatkan pekan ini, bahwa kondisi kekeringan akan bertambah buruk dan berpotensi mempengaruhi 47 persen benua.
Peneliti senior di European Drought Observatory Andrea Toreti mengatakan, kekeringan pada 2018 sangat ekstrem sehingga tidak ada kejadian serupa selama 500 tahun terakhir. "Namun tahun ini, saya pikir, benar-benar lebih buruk," ujarnya.
Toreti menyatakan, selama tiga bulan ke depan, para peneliti melihat masih ada risiko yang sangat tinggi dari kondisi kering di Eropa Barat dan Tengah, serta Inggris.
Ahli meteorologi dari Potsdam Institute for Climate Impact Research di dekat Berlin Peter Hoffmann mengatakan, kondisi saat ini dihasilkan dari periode cuaca kering yang panjang yang disebabkan oleh perubahan sistem cuaca dunia. "Hanya saja di musim panas kami paling merasakannya. Namun, sebenarnya kekeringan menumpuk sepanjang tahun," ujarnya.
Perubahan iklim memperburuk kondisi karena suhu yang lebih panas mempercepat penguapan. Tanaman yang haus menyerap lebih banyak uap air dan mengurangi hujan salju di musim dingin membatasi pasokan air segar yang tersedia untuk irigasi di musim panas.
Eropa tidak sendirian dalam krisis ini. Kondisi kekeringan juga dilaporkan di Afrika Timur, Amerika Serikat (AS) bagian barat, dan Meksiko utara.